
Liputan Khusus
Tiga Pergeseran Mewarnai Gelombang Ketiga Startup Dunia
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 May 2018 20:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2018 diprediksi menjadi gelombang ketiga startup dunia, dengan pergeseran jantung startup dan jenis layanan yang lebih spesifik dengan melibatkan teknologi pekat (deep technology) seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan robotik.
Perusahaan riset dan strategi Startup Genome dan Global Entrepreneurship Network (GEN) mencatat industri startup dunia tumbuh drastis setelah kucuran investasi modal ventura (venture capital) senilai US$140 miliar (Rp 1.950 triliun) sepanjang tahun lalu.
[Gambas:Video CNBC]
"Total penciptaan nilai yang berasal dari ekonomi startup global dari 2015 hingga 2017 telah mencapai US$2,3 triliun, atau naik 25,6% dari periode 2014 ke 2016," tutur keduanya dalam laporan berjudul "Global Startup Ecosystem Report 2018: Succeeding in The New Era of Technology".
Dalam 6 tahun terakhir, pangsa pasar pendanaan yang mengalir ke startup di Kawasan Asia Pasifik terus tumbuh, sementara Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar dunia justru mengalami penurunan.
Sebelumnya pada 2017, nilai pendanaan untuk startup di AS dan di Kawasan Asia Pasifik masih berimbang, masing-masing sebesar 42% dari total investasi startup dunia.
Namun pada 2017, terjadi pergeseran, dengan China menjadi pendorong utama di baliknya. Jika pada 2014 Negeri Tirai Bambu hanya menyumbang 13,9% dari total startup dunia, porsinya pada 2017 naik menjadi 35%. Di sisi lain, dominasi startup AS pada periode yang sama turun dari 61,1% menjadi 41,3%.
Hanya saja, AS menjadi negara dengan jumlah unicorn terbesar di dunia, karena telah lebih dulu menjadi inkubasi pertumbuhan startup di dunia. Dari total unicorn dunia, 65% berbasis di AS. Unicorn adalah sebutan untuk startup yang nilai valuasinya menembus US$1,5 miliar.
Namun dari sisi pertumbuhan paten dalam 20 tahun terakhir, Asia kian menyeruak dengan delapan dari 10 negara dengan jumlah paten startup terbanyak berada di Asia.
Pergeseran kedua terlihat dari aspek fundamental. Jika sebelumnya industri startup generasi pertama dan kedua banyak dipacu oleh aplikasi media sosial, media digital, dan perusahaan internet, kini kondisinya berubah dengan kian dominannya aplikasi keuangan (fintech), keamanan siber, dan blockchain.
Di era baru teknologi, tulis Startup Genome dan Global Entrepreneurship Network (GEN), startup yang sukses akan melakukan satu dari dua hal ini. Pertama, mengatasi gelombang ketiga dengan mempertinggi layanan secara spesifik seperti Uber dengan mobilitas dan Airbnb dengan kenyamanan. Kedua, memaksimalkan terobosan teknologi deep tech untuk membangun bisnis.
"Kami melihat dengan jelas kenaikan Gelombang Ketiga and deep tech di data mengenai pertumbuhan sub-sektor. Subsektor dengan pertumbuhan tercepat memenuhi semua kategori terkait itu, sementara subsektor yang memudar umumnya adalah yang terkait dengan gelombang pertama dan kedua startups," ujar keduanya.
Startup di subsektor manufaktur terapan dan robotika mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni sebesar 189% dalam 5 tahun terakhir. Sebaliknya, teknologi periklanan menjadi yang terendah yakni sebesar 35%.
Pergeseran jenis ketiga terlihat dari sisi komposisi sumber daya manusia (SDM), di mana pendiri startup tidak lagi didominasi anak muda yang "tidak makan sekolah". Faktor pendidikan dan pengalaman menjadi kian penting di industri startup generasi ketiga ini di mana 53% pendiri startup meraih gelar sarjana dengan usia di kisaran 39 tahun.
Sebelumnya, kebanyakan startup didirikan oleh anak-anak muda berusia sekitar 36 tahun dan hanya 38% di antaranya mengantongi gelar sarjana. Pergeseran ini terjadi karena deep tech adalah jenis teknologi yang tidak bisa dipelajari otodidak dalam waktu singkat, melainkan melalui penelitian yang intensif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Bukan Cuma Duit, Ini Resep Sukses Sandi Kepada Pelaku Startup
Perusahaan riset dan strategi Startup Genome dan Global Entrepreneurship Network (GEN) mencatat industri startup dunia tumbuh drastis setelah kucuran investasi modal ventura (venture capital) senilai US$140 miliar (Rp 1.950 triliun) sepanjang tahun lalu.
[Gambas:Video CNBC]
"Total penciptaan nilai yang berasal dari ekonomi startup global dari 2015 hingga 2017 telah mencapai US$2,3 triliun, atau naik 25,6% dari periode 2014 ke 2016," tutur keduanya dalam laporan berjudul "Global Startup Ecosystem Report 2018: Succeeding in The New Era of Technology".
Sebelumnya pada 2017, nilai pendanaan untuk startup di AS dan di Kawasan Asia Pasifik masih berimbang, masing-masing sebesar 42% dari total investasi startup dunia.
Namun pada 2017, terjadi pergeseran, dengan China menjadi pendorong utama di baliknya. Jika pada 2014 Negeri Tirai Bambu hanya menyumbang 13,9% dari total startup dunia, porsinya pada 2017 naik menjadi 35%. Di sisi lain, dominasi startup AS pada periode yang sama turun dari 61,1% menjadi 41,3%.
Hanya saja, AS menjadi negara dengan jumlah unicorn terbesar di dunia, karena telah lebih dulu menjadi inkubasi pertumbuhan startup di dunia. Dari total unicorn dunia, 65% berbasis di AS. Unicorn adalah sebutan untuk startup yang nilai valuasinya menembus US$1,5 miliar.
Namun dari sisi pertumbuhan paten dalam 20 tahun terakhir, Asia kian menyeruak dengan delapan dari 10 negara dengan jumlah paten startup terbanyak berada di Asia.
![]() |
Di era baru teknologi, tulis Startup Genome dan Global Entrepreneurship Network (GEN), startup yang sukses akan melakukan satu dari dua hal ini. Pertama, mengatasi gelombang ketiga dengan mempertinggi layanan secara spesifik seperti Uber dengan mobilitas dan Airbnb dengan kenyamanan. Kedua, memaksimalkan terobosan teknologi deep tech untuk membangun bisnis.
"Kami melihat dengan jelas kenaikan Gelombang Ketiga and deep tech di data mengenai pertumbuhan sub-sektor. Subsektor dengan pertumbuhan tercepat memenuhi semua kategori terkait itu, sementara subsektor yang memudar umumnya adalah yang terkait dengan gelombang pertama dan kedua startups," ujar keduanya.
Startup di subsektor manufaktur terapan dan robotika mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni sebesar 189% dalam 5 tahun terakhir. Sebaliknya, teknologi periklanan menjadi yang terendah yakni sebesar 35%.
![]() |
Sebelumnya, kebanyakan startup didirikan oleh anak-anak muda berusia sekitar 36 tahun dan hanya 38% di antaranya mengantongi gelar sarjana. Pergeseran ini terjadi karena deep tech adalah jenis teknologi yang tidak bisa dipelajari otodidak dalam waktu singkat, melainkan melalui penelitian yang intensif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Bukan Cuma Duit, Ini Resep Sukses Sandi Kepada Pelaku Startup
Most Popular