
Jokowi & Komoditas Termahal di Dunia Senilai Rp 145 M/Liter
Arys Aditya, CNBC Indonesia
30 April 2018 12:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo hari ini, Senin (30/4/2018), membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas).
Dalam sambutannya pada acara itu, Jokowi sempat mengungkapkan komoditas paling mahal di dunia.
"Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Emas? Bukan. Ada fakta menarik dari info yang saya baca, komoditas paling mahal adalah racun kalajengking," kata Presiden di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (30/4/2018).
Lalu berapa harga racun kalajengking yang disebut Jokowi sebagai komunitas termahal ini?
"Rp 145 miliar per liter," kata Kelapa Negara.
Namun demikian, Jokowi mengatakan sebetulnya komoditas yang paling mahal hingga tak ternilai adalah waktu.
"10 tahun lewatnya cepat atau tidak? Menurut saya terasa lewat sangat cepat sekali."
"30 tahun lalu, 1988, waktu itu belum ada yang namanya handphone, rasanya irama hidup pelan sekali dibandingkan sekarang. Kalau mau telepon saat itu kita nunggu di kantor dulu, atau kalau di dalam perjalanan nunggu di rumah dulu untuk telepon."
"Kemudian saat itu muncul HP, mesin Fax. Anak muda sekarang udah bingung apa itu mesin fax. Sekarang muncul lagi yang baru perpaduan mesin foto kopi dan telepon."
Lalu, jelas Jokowi, di era sekarang teknologi makin maju di mana kita hidup di era pesan instan dan media sosial sehingga irama hidup jadi cepat sekali.
"Nah kita bicara sekarang, kita hidup di era WA [Whatsapp], Twitter, FB [Facebook], IG [Instagram]. Irama hidup jadi cepat sekali, informasi juga cepat sekali."
Dia mengatakan irama hidup yang sangat cepat ini menjadikan waktu menjadi komoditas yang paling mahal. "Artinya musuh nomor satu kita adalah buang-buang waktu."
Jokowi mengatakan gaya buang-buang waktu itu antara lain: cara kerja bertele-tele, rantai birokrasi yang panjang, perizinan yang berputar-putar, prosedur berbelit-belit, di mana masih banyak ditemui di pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota.
"Kalau bapak/ibu keluarin izin masih minggu, bulan, tahun, lupakan kalau kita mau maju. Orientasi kita jangan lagi prosedur. Prosedur memang harus, tapi orientasi kita adalah hasil," kata Presiden.
(ray/ray) Next Article Jokowi: Sesakit Apapun Kita Harus Tahan Demi Infrastruktur
Dalam sambutannya pada acara itu, Jokowi sempat mengungkapkan komoditas paling mahal di dunia.
"Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Emas? Bukan. Ada fakta menarik dari info yang saya baca, komoditas paling mahal adalah racun kalajengking," kata Presiden di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (30/4/2018).
"Rp 145 miliar per liter," kata Kelapa Negara.
Namun demikian, Jokowi mengatakan sebetulnya komoditas yang paling mahal hingga tak ternilai adalah waktu.
"10 tahun lewatnya cepat atau tidak? Menurut saya terasa lewat sangat cepat sekali."
"30 tahun lalu, 1988, waktu itu belum ada yang namanya handphone, rasanya irama hidup pelan sekali dibandingkan sekarang. Kalau mau telepon saat itu kita nunggu di kantor dulu, atau kalau di dalam perjalanan nunggu di rumah dulu untuk telepon."
"Kemudian saat itu muncul HP, mesin Fax. Anak muda sekarang udah bingung apa itu mesin fax. Sekarang muncul lagi yang baru perpaduan mesin foto kopi dan telepon."
Lalu, jelas Jokowi, di era sekarang teknologi makin maju di mana kita hidup di era pesan instan dan media sosial sehingga irama hidup jadi cepat sekali.
"Nah kita bicara sekarang, kita hidup di era WA [Whatsapp], Twitter, FB [Facebook], IG [Instagram]. Irama hidup jadi cepat sekali, informasi juga cepat sekali."
Dia mengatakan irama hidup yang sangat cepat ini menjadikan waktu menjadi komoditas yang paling mahal. "Artinya musuh nomor satu kita adalah buang-buang waktu."
Jokowi mengatakan gaya buang-buang waktu itu antara lain: cara kerja bertele-tele, rantai birokrasi yang panjang, perizinan yang berputar-putar, prosedur berbelit-belit, di mana masih banyak ditemui di pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota.
"Kalau bapak/ibu keluarin izin masih minggu, bulan, tahun, lupakan kalau kita mau maju. Orientasi kita jangan lagi prosedur. Prosedur memang harus, tapi orientasi kita adalah hasil," kata Presiden.
(ray/ray) Next Article Jokowi: Sesakit Apapun Kita Harus Tahan Demi Infrastruktur
Most Popular