
JBIC: Daya Tarik Indonesia Memudar di Mata Pengusaha Jepang
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 April 2018 12:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Peringkat Indonesia turun dua tingkat di mata perusahaan multinasional Jepang, digeser oleh Vietnam dan Thailand tahun ini. Ketidakpastian hukum dan regulasi dinilai menjadi problem investasi terbesar.
Dalam laporan survei Japan Bank for International Cooperation (JBIC) terbaru berjudul "Survey Report on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies", Indonesia masih masuk dalam lima besar meski dalam posisi buncit.
Posisi pertama diduduki China, yang sukses menggusur India ke posisi kedua. India sebelumnya berada di posisi puncak tiga tahun terakhir. Vietnam dan Thailand berturut-turut di posisi ketiga dan keempat menggeser Indonesia yang duduk di peringkat kelima.
"Penurunan peringkat secara signifikan ini terkait dengan faktor seperti 'pelaksanaan sistem hukum yang tidak jelas'," tulis JBIC dalam laporan surveinya yang dirilis baru-baru ini.
Jika di survei sebelumnya ada 173 pengusaha Jepang yang memfavoritkan Indonesia, di survei terbaru ini hanya ada 147 perusahaan yang masih optimistis dengan Indonesia. Survei dilakukan pada September melibatkan 601 perusahaan multinasional Jepang sebagai responden.
Survei tersebut menyebutkan rasio produksi perusahaan Jepang di luar negeri pada akhir tahun 2016 berada di level 35%, turun tipis dari posisi 2015 sebesar 35,6%. Pada 2020, angka tersebut diprediksi naik menjadi 38,5%.
Dari empat industri utama Jepang (otomotif, peralatan listrik dan elektronika, kimia, dan permesinan), rasio produksi di luar negeri yang paling tumbuh tertinggi adalah otomotif, yakni sebesar 46,2%.
Terkait dengan kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS), mayoritas dari responden atau 59% di antaranya menyatakan tidak yakin bahwa polah-tingkah Trump akan memengaruhi kinerja penjualan mereka di luar negeri.
(ags/ags) Next Article RI-JBIC Sepakat Bentuk Dana Abadi, Untuk Apa?
Dalam laporan survei Japan Bank for International Cooperation (JBIC) terbaru berjudul "Survey Report on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies", Indonesia masih masuk dalam lima besar meski dalam posisi buncit.
Posisi pertama diduduki China, yang sukses menggusur India ke posisi kedua. India sebelumnya berada di posisi puncak tiga tahun terakhir. Vietnam dan Thailand berturut-turut di posisi ketiga dan keempat menggeser Indonesia yang duduk di peringkat kelima.
Jika di survei sebelumnya ada 173 pengusaha Jepang yang memfavoritkan Indonesia, di survei terbaru ini hanya ada 147 perusahaan yang masih optimistis dengan Indonesia. Survei dilakukan pada September melibatkan 601 perusahaan multinasional Jepang sebagai responden.
Survei tersebut menyebutkan rasio produksi perusahaan Jepang di luar negeri pada akhir tahun 2016 berada di level 35%, turun tipis dari posisi 2015 sebesar 35,6%. Pada 2020, angka tersebut diprediksi naik menjadi 38,5%.
Dari empat industri utama Jepang (otomotif, peralatan listrik dan elektronika, kimia, dan permesinan), rasio produksi di luar negeri yang paling tumbuh tertinggi adalah otomotif, yakni sebesar 46,2%.
Terkait dengan kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS), mayoritas dari responden atau 59% di antaranya menyatakan tidak yakin bahwa polah-tingkah Trump akan memengaruhi kinerja penjualan mereka di luar negeri.
(ags/ags) Next Article RI-JBIC Sepakat Bentuk Dana Abadi, Untuk Apa?
Most Popular