
Harga Ditahan, Masyarakat Buru Premium Hingga Jadi Langka
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
10 April 2018 17:53

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) membantah mengurangi pasokan premium di sejumlah wilayah di Indonesia sehingga terjadi kelangkaan.
Pertamina menyebut alasan utama premium kurang pasokan adalah karena masalah harga. Saat ini, harga premium tetap sementara pertalite naik Rp 300/liter. Sehingga, perbedaan harga antara premium dan pertalite untuk Jawa, Madura dan Bali (Jamali) Rp 1.450/liter sementara non-Jamali mencapai Rp 1.550/liter.
Cukup tingginya perbedaan harga itu membuat masyarakat yang tadinya menggunakan pertalite kemudian beralih kembali ke premium. Peralihan tersebut jelas membuat konsumsi premium naik, padahal Pertamina belum mengubah pasoka rutin premium maupun pertalite.
Direktur Pemasaran Ritel dan Korporat Pertamina M. Iskandar menyebut SPBU pun membutuhkan penyesuaian tangki kembali untuk menyesuaikan persediaan ke premium.
"Tiba-tiba premium ditahan [harganya], lalu Pertalite naik. Akhirnya orang kembali ke Premium, tapi pasokannya sudah rutin," jelas Iskandar di Gedung DPR, Selasa (10/4/2018).
Maka dari itu, dia mengatakan salah apabila yang menjadi masalah adalah jatah premium berkurang dibanding tahun lalu.
Dalam kesempatan sama, Dirjen Migas Kementerian ESDM menyebut pendistribusian premium memang mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Untuk periode Januari hingga Maret, tahun lalu penyaluran di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) mencapai 1,54 juta KL dan non Jamali sebesar 2 juta KL.
Sementara itu, pada periode sama di tahun ini hanya mencapai 774.435 KL untuk Jamali dan 1,3 untuk non Jamali. "Penurunan Jamali sekitar 50% dan non Jamali 35%," sebut Djoko.
Untuk mengatasi kelangkaan, Djoko menyebut Pemerintah akan meminta Pertamina untuk mendistribusikan dengan jumlah yang setidaknya sama seperti tahun lalu.
(ray/ray) Next Article Pertamina akan Kurangi Stok Premium & Pertalite
Pertamina menyebut alasan utama premium kurang pasokan adalah karena masalah harga. Saat ini, harga premium tetap sementara pertalite naik Rp 300/liter. Sehingga, perbedaan harga antara premium dan pertalite untuk Jawa, Madura dan Bali (Jamali) Rp 1.450/liter sementara non-Jamali mencapai Rp 1.550/liter.
Cukup tingginya perbedaan harga itu membuat masyarakat yang tadinya menggunakan pertalite kemudian beralih kembali ke premium. Peralihan tersebut jelas membuat konsumsi premium naik, padahal Pertamina belum mengubah pasoka rutin premium maupun pertalite.
"Tiba-tiba premium ditahan [harganya], lalu Pertalite naik. Akhirnya orang kembali ke Premium, tapi pasokannya sudah rutin," jelas Iskandar di Gedung DPR, Selasa (10/4/2018).
Maka dari itu, dia mengatakan salah apabila yang menjadi masalah adalah jatah premium berkurang dibanding tahun lalu.
Dalam kesempatan sama, Dirjen Migas Kementerian ESDM menyebut pendistribusian premium memang mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Untuk periode Januari hingga Maret, tahun lalu penyaluran di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) mencapai 1,54 juta KL dan non Jamali sebesar 2 juta KL.
Sementara itu, pada periode sama di tahun ini hanya mencapai 774.435 KL untuk Jamali dan 1,3 untuk non Jamali. "Penurunan Jamali sekitar 50% dan non Jamali 35%," sebut Djoko.
Untuk mengatasi kelangkaan, Djoko menyebut Pemerintah akan meminta Pertamina untuk mendistribusikan dengan jumlah yang setidaknya sama seperti tahun lalu.
(ray/ray) Next Article Pertamina akan Kurangi Stok Premium & Pertalite
Most Popular