Kata Bos Citi Soal Perang Dagang dan Pelemahan Rupiah

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
26 March 2018 15:36
Gejolak ekonomi global yang timbul akibat kebijakan moneter dan perang dagang hanya akan berpengaruh ke Indonesia dalam jangka pendek.
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Citibank Indonesia menilai gejolak ekonomi global yang timbul akibat kebijakan moneter dan perang dagang hanya akan berpengaruh ke Indonesia dalam jangka pendek.

Chief Executive Officer Citibank Indonesia Batara Sianturi menjelaskan dampak pergerakan global dari sisi jangka panjang dan jangka pendek sudah dianalisis lebih jauh. Menurut dia, sektor pasar modal yang paling akan berpengaruh terhadap hal tersebut, mulai dari pasar saham dan pasar obligasi.

Dia menyebutkan, dalam tiga bulan terakhir Januari-Maret 2018, dari sisi obligasi yang dikelola Citibank Indonesia masih tercatat positif. "Meski, pada Februari dan Maret 2018 tercatat negatif Rp 21 triliun dan Rp 6 triliun, tapi Januari positif Rp 33 triliun," ujar dia di Jakarta, Senin (26/3/2018).

Namun demikian, untuk sisi equity atau saham tercatat penurunan, yakni minus Rp 750 juta dan Rp 800 juta pada Februari dan Maret 2018. Dari pelemahan tersebut, nilai tukar yang paling akan terdampak. Pasalnya, akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar. "Tapi fundamental ekonomi dan reserves kuat," kata dia.

Dalam periode jangka pendek, hal tersebut akan menimbulkan noise di pasar modal. Apalagi, ada sentimen perang dagang dan gejolak geopolitik.

Namun demikian, klien Citibank Indonesia adalah perusahaan multinasional yang bukan hanya berinvestasi setahun dua tahun. "Klien kami sudah long term ada di Indonesia, 80 sampai 100 tahun, mereka investor strategic bukan portofolio," papar dia.

Sementara itu, Batara memperkirakan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini juga tidak mempengaruhi banyak terhadap bisnis perseroan. Meski, ada sentimen yang tidak terlalu bagus bisa mempengaruhi portofolio.

"Tapi tidak akan mempengaruhi bisnis," ujarnya.

Batara menjelaskan, dari sisi neraca Citibank Indonesia, perbandingan antara kredit rupiah dan valas juga seimbang."Dari sisi neraca tidak terlalu berpengaruh," ucap dia.

Laba Citi Meningkat 10%

Pada kesempatan yang sama, Batara menyampaikan Citibank Indonesia mencatat laba bersih sebesar Rp 2,51 triliun selama 2017 atau meningkat 10% dari 2016. Peningkatan laba bersih Citibank ini berasal dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 5,1% menjadi Rp 4,33 triliun, dan pertumbuhan pendapatan fee-based sebesar 6,6% menjadi Rp 2,1 triliun.

"Pertumbuhan Citibank juga tercermin dari total aset yang meningkat sebesar 4,8% menjadi Rp 75 triliun. Kinerja positif ini didukung oleh tingkat jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang stabil dalam bentuk giro dan tabungan. Kedua jenis simpanan ini berjumlah 73,51% dari total DPK Citibank per 31 Desember 2017. Selain itu, kami juga tetap fokus dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pinjaman," kata Batara.

Sementara, Rasio Non Performing Loan (NPL) bruto dan netto pada akhir Desember 2017 juga membaik. Angka NPL bruto dan netto masing-masing sebesar 1,88% dan 0,54%, dibandingkan 2,83% dan 0,94% untuk periode yang sama tahun sebelumnya.

Kecukupan modal bank menjadi semakin kuat, dengan Capital Adequacy Ratio (KPMM) sebesar 27,48% per 31 Desember 2017. Bank telah mampu mempertahankan rasio kecukupan modal ini dan tetap mencatatkan peningkatan dalam Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 13,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
(dru) Next Article Tambah Pencadangan, Laba Citibank Kuartal I-2018 Anjlok 15%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular