
Ekspor CPO RI Januari 2018: Harga Turun, Volume Hanya Naik 4%
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
12 March 2018 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar global melemah pada akhir Januari 2018.
Pada pekan pertama dan kedua, harga dinilai masih cukup tinggi yakni US$ 675 (Rp 9,24 juta) hingga US$ 697,5 per metrik ton. Namun, memasuki pekan ketiga dan keempat harga melemah hingga menyentuh US$ 652,5/metrik ton.
Melemahnya harga, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dipicu karena turunnya permintaan di pasar global khususnya China dan negara-negara Uni Eropa.
Melalui siaran pers dikutip hari ini, Senin (12/3/2018), Gapki menyatakan pada Januari 2018 ekspor CPO dan turunannya namun tidak termasuk biodiesel dan oleochemical hanya mampu tumbuh 4% dibandingkan dengan Desember 2017 atau dari 2,63 juta ton menjadi 2,75 juta ton.
Rendahnya pertumbuhan karena permintaan dari China anjlok 15% atau dari 362.500 ton menjadi 307.490 ton, disebabkan melimpahnya persediaan minyak kedelai di Negeri Tirai Bambu.
Penurunan di China diikuti oleh negara-negara di Eropa, yang melemah 8% menjadi 479.940 ton dari sebelumnya 404.220 ton. Sementara itu, penurunan permintaan di Timur Tengah mencapai 31% dan Afrika 10%.
Kenaikan permintaan signifikan datang dari Amerika Serikat sebesar 68% menjadi 193.470 ton, sementara itu India naik tipis 1% menjadi 598.350 ton.
Adapun produksi pada Januari 2018 ini mengalami penurnan 10% menjadi 3,4 juta ton dari Desember 2017 sebanyak 3,8 juta ton. Penurunan ini dinilai sebagai kejadian biasa karena musim panen raya telah berakhir.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Pada pekan pertama dan kedua, harga dinilai masih cukup tinggi yakni US$ 675 (Rp 9,24 juta) hingga US$ 697,5 per metrik ton. Namun, memasuki pekan ketiga dan keempat harga melemah hingga menyentuh US$ 652,5/metrik ton.
Melemahnya harga, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dipicu karena turunnya permintaan di pasar global khususnya China dan negara-negara Uni Eropa.
Rendahnya pertumbuhan karena permintaan dari China anjlok 15% atau dari 362.500 ton menjadi 307.490 ton, disebabkan melimpahnya persediaan minyak kedelai di Negeri Tirai Bambu.
Penurunan di China diikuti oleh negara-negara di Eropa, yang melemah 8% menjadi 479.940 ton dari sebelumnya 404.220 ton. Sementara itu, penurunan permintaan di Timur Tengah mencapai 31% dan Afrika 10%.
Kenaikan permintaan signifikan datang dari Amerika Serikat sebesar 68% menjadi 193.470 ton, sementara itu India naik tipis 1% menjadi 598.350 ton.
Adapun produksi pada Januari 2018 ini mengalami penurnan 10% menjadi 3,4 juta ton dari Desember 2017 sebanyak 3,8 juta ton. Penurunan ini dinilai sebagai kejadian biasa karena musim panen raya telah berakhir.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Most Popular