
Rupiah Nyaris Rp 13.800/US$ Industri Makanan Tertekan
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
01 March 2018 09:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah kembali melemah 0,39% pada pembukaan pasar pagi ini ke posisi Rp 13.795/US$ dibandingkan dengan penutupan kemarin. Pelemahan rupiah terus menerus ini menggerus profit produsen makanan dan minuman di dalam negeri.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan industri tengah tertekan sebab saat rupiah terus melemah, produsen tidak bisa otomatis menaikkan harga.
Dia menuturkan kenaikan harga produk adalah pilihan terakhir karena tentu hal tersebut dikhawatirkan dapat melemahkan permintaan.
"Ini [melemahnya rupiah] memang akan pengaruh, namun industri tidak serta merta menaikkan harga. Kenaikan harga adalah last resort setelah berbagai pertimbangan," jelasnya ketika dihubungi, Kamis (1/3/2018).
Adhi menuturkan dampak dari meningkatnya biaya produksi dan menahan harga jual, otomatis adalah keuntungan produsen menjadi tergerus.
Namun, dia belum bisa mengungkapkan berapa persen profit yang hilang itu.
"Belum [dapat diperhitungkan]. Tidak bisa segera. Faktonya kan banyak," ujarnya.
(ray/ray) Next Article Efek Corona, Kadin Akui Stok Bahan Baku Industri Menipis
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan industri tengah tertekan sebab saat rupiah terus melemah, produsen tidak bisa otomatis menaikkan harga.
Dia menuturkan kenaikan harga produk adalah pilihan terakhir karena tentu hal tersebut dikhawatirkan dapat melemahkan permintaan.
Adhi menuturkan dampak dari meningkatnya biaya produksi dan menahan harga jual, otomatis adalah keuntungan produsen menjadi tergerus.
Namun, dia belum bisa mengungkapkan berapa persen profit yang hilang itu.
"Belum [dapat diperhitungkan]. Tidak bisa segera. Faktonya kan banyak," ujarnya.
(ray/ray) Next Article Efek Corona, Kadin Akui Stok Bahan Baku Industri Menipis
Most Popular