
Dibayangi Penguatan Yen, Ekspor Jepang Naik 12,2%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2018 10:51

Tokyo, CNBC Indonesia – Ekonomi Jepang semakin menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Data terakhir menyebutkan ekspor Jepang tumbuh cukup mengesankan.
Mengutip Reuters, Senin (19/2/2018), ekspor Jepang pada Januari tumbuh 12,2% secara tahunan (year on year/YoY). Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 10,3% YoY. Dengan begitu, ekspor Jepang telah tumbuh positif selama 14 bulan berturut-turut.
Permintaan dunia terhadap produk-produk Jepang sepertinya tetap kuat, dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi Negeri Matahari Terbit. Ekspor Jepang pada Januari ditopang oleh pengiriman produk-produk semi konduktor, mesin mobil, dan mobil hibrida ke China, yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang. Ekspor Jepang ke China tumbuh 30,8% YoY.
Sementara ekspor ke kawasan Asia, yang memiliki porsi lebih dari 50% ekspor Jepang, tumbuh 16%. Namun ekspor ke Amerika Serikat (AS) hanya tumbuh 1,2% karena bulan sebelumnya sudah tumbuh cukup tinggi.
Sedangkan pertumbuhan impor Jepang periode Januari adalah 7,9%, di bawah estimasi pasar yaitu 8,3%. Neraca perdagangan Jepang mencatat defisit US$ 8,87 miliar. Defisit neraca perdagangan Jepang kali ini menjadi yang pertama dalam delapan bulan terakhir.
Seiring pemulihan ekonomi dunia, ekspor Jepang diperkirakan terus tumbuh pada bulan-bulan ke depan. Meski demikian, ekspor Jepang menghadapi tantangan yaitu penguatan nilai tukar yen yang cukup cepat.
Dalam setahun terakhir, yen telah menguat 6,44% terhadap dolar AS dan selama 2018 penguatannya adalah 5,38%. Penguatan nilai tukar yen menjadi hal negatif bagi ekspor, karena membuat produk-produk Jepang menjadi mahal.
Penguatan nilai tukar yen mulai membuat pebisnis Jepang was-was. Dalam survei Tankan yang dihimpun Reuters, kepercayaan pebisnis turun signifikan pada periode Januari setelah menguat pada bulan sebelumnya.
Pada Februari, indeks manufaktur Jepang diperkirakan hanya sebesar 29. Turun drastis dibandingkan Januari yang sebesar 35, tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Penguatan yen yang cepat menjadi salah satu penyebab kekhawatiran pengusaha.
Kebijakan AS yang cenderung proteksionis juga berpotensi mengambat kinerja ekspor Jepang. Tahun ini, AS akan menjalani pemilihan umum sela (mid-term elections) sehingga kebijakan-kebijakan populis akan kembali mendapat tempat.
(aji/wed) Next Article Impor Anjlok 19%, Neraca Dagang April 2020 Tekor US$ 350 Juta
Mengutip Reuters, Senin (19/2/2018), ekspor Jepang pada Januari tumbuh 12,2% secara tahunan (year on year/YoY). Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 10,3% YoY. Dengan begitu, ekspor Jepang telah tumbuh positif selama 14 bulan berturut-turut.
Permintaan dunia terhadap produk-produk Jepang sepertinya tetap kuat, dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi Negeri Matahari Terbit. Ekspor Jepang pada Januari ditopang oleh pengiriman produk-produk semi konduktor, mesin mobil, dan mobil hibrida ke China, yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang. Ekspor Jepang ke China tumbuh 30,8% YoY.
Sedangkan pertumbuhan impor Jepang periode Januari adalah 7,9%, di bawah estimasi pasar yaitu 8,3%. Neraca perdagangan Jepang mencatat defisit US$ 8,87 miliar. Defisit neraca perdagangan Jepang kali ini menjadi yang pertama dalam delapan bulan terakhir.
Seiring pemulihan ekonomi dunia, ekspor Jepang diperkirakan terus tumbuh pada bulan-bulan ke depan. Meski demikian, ekspor Jepang menghadapi tantangan yaitu penguatan nilai tukar yen yang cukup cepat.
![]() |
Penguatan nilai tukar yen mulai membuat pebisnis Jepang was-was. Dalam survei Tankan yang dihimpun Reuters, kepercayaan pebisnis turun signifikan pada periode Januari setelah menguat pada bulan sebelumnya.
Pada Februari, indeks manufaktur Jepang diperkirakan hanya sebesar 29. Turun drastis dibandingkan Januari yang sebesar 35, tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Penguatan yen yang cepat menjadi salah satu penyebab kekhawatiran pengusaha.
Kebijakan AS yang cenderung proteksionis juga berpotensi mengambat kinerja ekspor Jepang. Tahun ini, AS akan menjalani pemilihan umum sela (mid-term elections) sehingga kebijakan-kebijakan populis akan kembali mendapat tempat.
(aji/wed) Next Article Impor Anjlok 19%, Neraca Dagang April 2020 Tekor US$ 350 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular