
Kadin: Industri Berbasis Agro Indonesia Tertinggal
Exist In Exist, CNBC Indonesia
15 February 2018 10:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai produk industri agro indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Padahal, kebutuhan dunia akan produk hasil industru agro cenderung mengandalkan pasokan dari negara berkembang.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan dari 37 golongan produk industri agro, 59% kelompok produk Indonesia masih berada pada kategori lemah jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Singapura.
"Produk industri agro Indonesia harus terus diperkuat, jangan sampai ketinggalan dengan negara lain. Kita harapkan perusahaan industri agro dapat lebih berdaya saing tinggi secara berkesinambungan,” kata Johnny dalam Focus Group Discussion di Menara Kadin, Kamis (15/02/2018).
Dia memaparkan saat ini tantangan dalam pengembangan industri agro adalah masalah ketersediaan bahan baku serta masih meningkatnya ekspor komoditas pertanian setiap tahunnya.
"Bukan hal yang mudah untuk membangun industri agro yang berkelanjutan. Perlu modal yang besar untuk mampu menyediakan sarana pengolahan bahan mentah dari produk pertanian, terutama komoditas unggulan,” ujarnya.
Menurut Dia, hilirisasi komoditas agro nasional seperti kelapa sawit, karet, kopi dan, cokelat belum dilakukan secara maksimal menjadi bahan baku industri antara dan industri hilir berbasis agro, padahal komoditas asal Indonesia itu merupakan kualitas terbaik di dunia.
"Kelapa sawit, hingga kini masih banyak diekspor dalam bentuk CPO, dimana produk tersebut masih sebagai bahan mentah," kata Johnny.
Selain itu, jelasnya, pembangunan industri pertanian juga harus dibarengi dengan pembangunan sektor lain seperti alat mesin pertanian dan transportasi untuk bisa saling mendukung dan bekerja lebih optimal.
Johnny menilai industri agro seharusnya mampu mengangkat devisa Indonesia. Oleh karena itu, Kadin berharap pemerintah dapat membuat kebijakan strategis bagi pengembangan industri beberbasis agro dalam menjamin ketersediaan bahan baku.
"Kebijakan untuk mengenakan pajak ekspor yang tinggi bagi komoditas pertanian utama dapat menjamin ketersediaan bahan baku dan mendorong percepatan hilirisasi industri berbasis agro dalam jangka panjang," jelas Dia.
Selain itu, pemerintah diharapkan dapat menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi perusahaan yang serius dan konsisten melaksanakan hilirisasi industri berbasis agro dan perbaikan infrastruktur penunjang.
“Aturannya dapat berupa kebijakan pajak, bea keluar, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan keringanan bea masuk (BM) peralatan dan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi industri hilir agro selama teknologi dalam negen belum siap," paparnya.
Dia menegaskan pemerintah juga diharapkan Iebih berpihak dalam mendukung pemanfaatan hasil industri agro di dalam negeri serta upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) berdasarkan kebutuhan industri agro.
(hps/hps) Next Article Saingi Vietnam-Malaysia, Pengusaha RI Pede Ekspor Naik 500%
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan dari 37 golongan produk industri agro, 59% kelompok produk Indonesia masih berada pada kategori lemah jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Singapura.
"Produk industri agro Indonesia harus terus diperkuat, jangan sampai ketinggalan dengan negara lain. Kita harapkan perusahaan industri agro dapat lebih berdaya saing tinggi secara berkesinambungan,” kata Johnny dalam Focus Group Discussion di Menara Kadin, Kamis (15/02/2018).
"Bukan hal yang mudah untuk membangun industri agro yang berkelanjutan. Perlu modal yang besar untuk mampu menyediakan sarana pengolahan bahan mentah dari produk pertanian, terutama komoditas unggulan,” ujarnya.
Menurut Dia, hilirisasi komoditas agro nasional seperti kelapa sawit, karet, kopi dan, cokelat belum dilakukan secara maksimal menjadi bahan baku industri antara dan industri hilir berbasis agro, padahal komoditas asal Indonesia itu merupakan kualitas terbaik di dunia.
"Kelapa sawit, hingga kini masih banyak diekspor dalam bentuk CPO, dimana produk tersebut masih sebagai bahan mentah," kata Johnny.
Selain itu, jelasnya, pembangunan industri pertanian juga harus dibarengi dengan pembangunan sektor lain seperti alat mesin pertanian dan transportasi untuk bisa saling mendukung dan bekerja lebih optimal.
Johnny menilai industri agro seharusnya mampu mengangkat devisa Indonesia. Oleh karena itu, Kadin berharap pemerintah dapat membuat kebijakan strategis bagi pengembangan industri beberbasis agro dalam menjamin ketersediaan bahan baku.
"Kebijakan untuk mengenakan pajak ekspor yang tinggi bagi komoditas pertanian utama dapat menjamin ketersediaan bahan baku dan mendorong percepatan hilirisasi industri berbasis agro dalam jangka panjang," jelas Dia.
Selain itu, pemerintah diharapkan dapat menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi perusahaan yang serius dan konsisten melaksanakan hilirisasi industri berbasis agro dan perbaikan infrastruktur penunjang.
“Aturannya dapat berupa kebijakan pajak, bea keluar, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan keringanan bea masuk (BM) peralatan dan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi industri hilir agro selama teknologi dalam negen belum siap," paparnya.
Dia menegaskan pemerintah juga diharapkan Iebih berpihak dalam mendukung pemanfaatan hasil industri agro di dalam negeri serta upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) berdasarkan kebutuhan industri agro.
(hps/hps) Next Article Saingi Vietnam-Malaysia, Pengusaha RI Pede Ekspor Naik 500%
Most Popular