BI: Ekonomi RI Mulai Pulih, Tetapi Masih Ada Tantangan

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 February 2018 15:46
Tiga perhatian BI. Yakni, Risiko utang pemerintah AS, perlambatan ekonomi China, dan kenaikan harga minyak dunia.
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyebut, kondisi ekonomi Indonesia mulai pulih, pasca mencapai titik terendah perekonomian pada 2015 silam. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu dicermati ke depan.

Berbicara sebagai keynote speaker dalam soft launching CNBC Indonesia, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjabarkan beberapa kondisi yang saat ini menjadi perhatian bank sentral.

Pertama, risiko utang pemerintahan Presiden Donald Trump yang terus meningkat, imbas dari kebijakan reformasi perpajakan. Meskipun bisa mendorong ekonomi, namun implementasi kebijakan tersebut perlu diwaspadai.

“Kalau (perekonomian) AS tumbuh dengan menurunkan pajak, maka harus menambah defisit, dan pada akhirnya menambah utang, Risiko ini akan kami monitor,” kata Mirza di Hotel Raffles, Kamis (8/2/2018).


Kedua, berlanjutnya perlambatan ekonomi China. BI menilai, normalisasi yang saat ini dilakukan pemerintahan negeri Tirai Bambu akan membuat ekonomi negara tersebut tetap pada kisaran 6,5%.

“China kami perkirakan tumbuh melambat tahun ini. Mereka berusaha, agar ekonominya tidak bubble,” katanya.

Ketiga, kenaikan harga minyak dunia. Mirza menegaskan, bank sentral akan terus memantau perkembangan harga ‘emas hitam’, karena bisa berdampak terhadap laju inflasi nasional.
(roy/roy) Next Article Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi BI Meleset Jauh, Ini Sebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular