
Internasional
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Naik Lagi
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
02 February 2018 15:39

New York, CNBC Indonesia– Harga minyak naik, Kamis (1/2/2018), setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) tetap berkomitmen untuk memangkas pasokan, bahkan setelah produksi minyak Amerika Serikat (AS) melebihi 10 juta barel per hari (bpd) untuk pertama kalinya sejak 1970.
Pada hari pertama bulan ini, harga acuan berjangka Brent untuk pengiriman bulan April meningkat 76 sen atau 1,1% ke angka US$ 69,65 per barel (Rp 936.722), sementara minyak mentah Amerika jenis West Texas Immediate (WTI) untuk pengiriman bulan Maret melonjak US$1,07 atau 1,7% menjadi US$65,80 per barel, seperti dilansir dari Reuters.
Hal tersebut membuat kedua kontrak minyak mentah berjangka tersebut mendekati level tertinggi sejak Desember 2014. Pada bulan Januari, kedua patokan tersebut naik selama lima bulan berturut-turut dengan peningkatan 3,3% untuk Brent dan 7,1% untuk WTI, menandakan awal tahun yang kuat untuk Brent selama lima tahun dan WTI selama 12 tahun.
“[Harga] minyak naik hari ini karena OPEC memperkuat komitmennya untuk 2018,” kata Brian Kessens, manajer portfolio dan direktur pelaksana Tortoise di Leawood, Kansas.
Sementara OPEC memenuhi kesepakatan untuk memangkas produksi, AS justru memproduksi minyak mentah melebihi 10 juta bpd di bulan November untuk pertama kali sejak 1970, menurut data dari Lembaga Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
“Kami memperkirakan produksi minyak mentah AS tumbuh di tahun 2018 mencapai hampir satu juta bpd lebih banyak dari tahun lalu. Bersiaplah, karena AS berada di jalur untuk menjadi produsen minyak terbesar di dunia di akhir tahun ini,” kata Kessens.
Angka 10 juta barel menandakan pencapaian penting yang menegaskan posisi Amerika di liga besar energi, serta tekadnya untuk menggunakan dominasi minyak ke dalam diplomasi.
AS memproduksi 10 juta barel per hari terakhir kali November 1970 ketika produksi mencapai puncak sebelum penurunan panjang, berdasarkan data bulanan dari Kementerian Energi AS. Namun, berbeda dengan yang terjadi di tahun 1970, produksi minyak AS di tahun 2018 adalah sebuah kemajuan. Shale oil AS dan produsen lain diharapkan menambah lebih dari 1 juta barel per hari tahun ini untuk memenuhi proyeksi rata-rata produksi pemerintah di angka 10,3 juta barel per hari.
“Hanya sepuluh tahun yang lalu, impor bersih kita adalah 60% dari permintaan. Sekarang, jumlahnya adalah 20%,” kata Daniel Yergin, wakil direktur IHS Markit. Produksi minyak AS, sebenarnya, adalah setengah dari produksi satu dekade yang lalu, selama krisis keuangan di tahun 2008. Namun, harga minyak yang tinggi di tahun 2008 juga merupakan katalis yang didorong oleh industri shale AS, yang sudah menggunakan pengembangan teknologi baru untuk mengekstraksi minyak dari tempat yang mulanya tidak mungkin.
“AS bisa menambah peningkatan sebesar 2 juta barel per hari dari [jumlah] sekarang pada akhir tahun 2019,” kata Yergin.
AS masih menjadi importir minyak mentah dengan jumlah rata-rata 8 juta barel per hari selama beberapa minggu ini. AS mengekspor 1,77 juta barel minyak mentah per hari pekan lalu, dan 4,8 juta barel produk refinasi termasuk bensin, diesel dan bahan bakar jet.
Sebelumnya, Harold Hamm, CEO Continental Resources, mengatakan kepada CNBC Internasional pada hari Rabu bahwa AS bisa menjadi eksportir minyak yang bersih di tahun 2020.
(gus/gus) Next Article Rencana AS Dorong Harga Minyak Dunia
Pada hari pertama bulan ini, harga acuan berjangka Brent untuk pengiriman bulan April meningkat 76 sen atau 1,1% ke angka US$ 69,65 per barel (Rp 936.722), sementara minyak mentah Amerika jenis West Texas Immediate (WTI) untuk pengiriman bulan Maret melonjak US$1,07 atau 1,7% menjadi US$65,80 per barel, seperti dilansir dari Reuters.
“[Harga] minyak naik hari ini karena OPEC memperkuat komitmennya untuk 2018,” kata Brian Kessens, manajer portfolio dan direktur pelaksana Tortoise di Leawood, Kansas.
Sementara OPEC memenuhi kesepakatan untuk memangkas produksi, AS justru memproduksi minyak mentah melebihi 10 juta bpd di bulan November untuk pertama kali sejak 1970, menurut data dari Lembaga Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
“Kami memperkirakan produksi minyak mentah AS tumbuh di tahun 2018 mencapai hampir satu juta bpd lebih banyak dari tahun lalu. Bersiaplah, karena AS berada di jalur untuk menjadi produsen minyak terbesar di dunia di akhir tahun ini,” kata Kessens.
Angka 10 juta barel menandakan pencapaian penting yang menegaskan posisi Amerika di liga besar energi, serta tekadnya untuk menggunakan dominasi minyak ke dalam diplomasi.
AS memproduksi 10 juta barel per hari terakhir kali November 1970 ketika produksi mencapai puncak sebelum penurunan panjang, berdasarkan data bulanan dari Kementerian Energi AS. Namun, berbeda dengan yang terjadi di tahun 1970, produksi minyak AS di tahun 2018 adalah sebuah kemajuan. Shale oil AS dan produsen lain diharapkan menambah lebih dari 1 juta barel per hari tahun ini untuk memenuhi proyeksi rata-rata produksi pemerintah di angka 10,3 juta barel per hari.
“Hanya sepuluh tahun yang lalu, impor bersih kita adalah 60% dari permintaan. Sekarang, jumlahnya adalah 20%,” kata Daniel Yergin, wakil direktur IHS Markit. Produksi minyak AS, sebenarnya, adalah setengah dari produksi satu dekade yang lalu, selama krisis keuangan di tahun 2008. Namun, harga minyak yang tinggi di tahun 2008 juga merupakan katalis yang didorong oleh industri shale AS, yang sudah menggunakan pengembangan teknologi baru untuk mengekstraksi minyak dari tempat yang mulanya tidak mungkin.
“AS bisa menambah peningkatan sebesar 2 juta barel per hari dari [jumlah] sekarang pada akhir tahun 2019,” kata Yergin.
AS masih menjadi importir minyak mentah dengan jumlah rata-rata 8 juta barel per hari selama beberapa minggu ini. AS mengekspor 1,77 juta barel minyak mentah per hari pekan lalu, dan 4,8 juta barel produk refinasi termasuk bensin, diesel dan bahan bakar jet.
Sebelumnya, Harold Hamm, CEO Continental Resources, mengatakan kepada CNBC Internasional pada hari Rabu bahwa AS bisa menjadi eksportir minyak yang bersih di tahun 2020.
(gus/gus) Next Article Rencana AS Dorong Harga Minyak Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular