
Ferrari Cetak Kenaikan Laba Bersih 34% Menjadi Rp 9,07 T
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
02 February 2018 10:59

Jakarta, CNBC Indonesia – Pabrikan mobil mewah Ferrari mencetak laba bersih 537 juta euro (Rp 9,07 triliun) pada 2017 atau meningkat cukup signifikan 34% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
(ray/ray) Next Article Bos Fiat dan Ferrari Diganti Mendadak Karena Alasan Kesehatan
Dikutip dari AFP pada Jumat (02/02/2018), laba operasional perusahaan asal Italia itu naik 18% menjadi 1,04 miliar euro (Rp 17,57 triliun), sementara pendapatan tercatat 3,4 miliar euro (Rp 57,46 triliun) atau naik 10%.
Kinerja keuangan yang positif ditopang meningkatnya penjualan mobil Ferrari di pasar global sebesar 4,8% menjadi 8.398 unit.
Eropa, Timur Tengah, dan Afrika masih menjadi pasar terbesar bagi mobil Ferrari di mana pengiriman ke tiga wilayah tersebut naik 4% menjadi 3.737 unit.
Kemudian, penjualan di Amerika meningkat 5% menjadi 2.811 unit, sementara itu di pasar China, Hong Kong dan Taiwan tercatat stabil di 617 unit.
Adapun pengiriman ke wilayah Asia Pasifik lainnya, termasuk Indonesia, naik 12% menjadi 1.233 unit.
Tahun ini, Ferrari menargetkan produksi dapat menembus angka 9.000 unit dan mempertahankan pendapatannya di atas 3,4 miliar euro. Laba operasionalnya ditargetkan mencapai lebih dari 1,1 miliar euro.
Pabrikan yang sudah berusia 70 tahun ini juga berencana untuk mengikis hutang perusahaannya ke bawah 400 juta euro (Rp 6,76 triliun), dari 473 juta euro (Rp 7,99 triliun) pada akhir 2017.
Lebih jauh ke depannya, Ferrari menetapkan target yang ambisius untuk mengangkat laba operasional perusahaannya menjadi 2 miliar euro paling lambat pada tahun 2022 dan memangkas hutangnya menjadi nol pada 2021.
Sebagai informasi, Ferrari telah menjadi perusahaan mandiri sejak dua tahun lalu, lepas dari grup induknya American Fiat Chrysler (FCA).
Ferrari juga telah mencatatkan diri di New York Stock Exchange sejak Oktober 2015 dan di Milan sejak Januari 2016.
Mobil Ferrari sendiri umumnya dibanderol sekitar 150.000 euro (Rp 2,53 miliar), walaupun harganya bisa mencapai lebih dari 1 juta euro (Rp 16,9 miliar) untuk beberapa model seri yang terbatas.
Kinerja keuangan yang positif ditopang meningkatnya penjualan mobil Ferrari di pasar global sebesar 4,8% menjadi 8.398 unit.
Kemudian, penjualan di Amerika meningkat 5% menjadi 2.811 unit, sementara itu di pasar China, Hong Kong dan Taiwan tercatat stabil di 617 unit.
Adapun pengiriman ke wilayah Asia Pasifik lainnya, termasuk Indonesia, naik 12% menjadi 1.233 unit.
Tahun ini, Ferrari menargetkan produksi dapat menembus angka 9.000 unit dan mempertahankan pendapatannya di atas 3,4 miliar euro. Laba operasionalnya ditargetkan mencapai lebih dari 1,1 miliar euro.
Pabrikan yang sudah berusia 70 tahun ini juga berencana untuk mengikis hutang perusahaannya ke bawah 400 juta euro (Rp 6,76 triliun), dari 473 juta euro (Rp 7,99 triliun) pada akhir 2017.
Lebih jauh ke depannya, Ferrari menetapkan target yang ambisius untuk mengangkat laba operasional perusahaannya menjadi 2 miliar euro paling lambat pada tahun 2022 dan memangkas hutangnya menjadi nol pada 2021.
Sebagai informasi, Ferrari telah menjadi perusahaan mandiri sejak dua tahun lalu, lepas dari grup induknya American Fiat Chrysler (FCA).
Ferrari juga telah mencatatkan diri di New York Stock Exchange sejak Oktober 2015 dan di Milan sejak Januari 2016.
Mobil Ferrari sendiri umumnya dibanderol sekitar 150.000 euro (Rp 2,53 miliar), walaupun harganya bisa mencapai lebih dari 1 juta euro (Rp 16,9 miliar) untuk beberapa model seri yang terbatas.
(ray/ray) Next Article Bos Fiat dan Ferrari Diganti Mendadak Karena Alasan Kesehatan
Most Popular