Ancaman Jokowi Tutup Pusat Promosi Perdagangan ITPC
Arys Aditya, CNBC Indonesia
31 January 2018 11:35
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesian Trade Promotion Center (Pusat Promosi Perdagangan Indonesia/ITPC) tidak terlalu bermanfaat bagi pengembangan ekspor dari Indonesia.
Dalam pembukaan rapat kerja Kementerian Perdagangan, Rabu (31/1/2018), Presiden meminta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk melakukan evaluasi terhadap capaian ITPC.
"Bertahun-tahun kita miliki tapi apa yang dilakukan ITPC? Apa mau kita teruskan? Kalau menurut saya, tidak. Kalau tidak ada manfaat, ya Saya tutup karena negara keluar biaya untuk itu. Negara keluar duit yang tidak kecil, banyak," tuturnya di Istana Negara, Rabu (31/1/2018).
Oleh karena itu, Kepala Negara meminta Mendag untuk melakukan koreksi dan melahirkan inovasi sehingga Indonesia tidak terus-menerus tertinggal dari negara-negara tetangga.
Berdasarkan catatannya, pada 2017 Thailand yang hanya memiliki penduduk 68 juta mampu melakukan ekspor senilai US$ 231 miliar dan Vietnam hanya 92 juta penduduk dengan nilai ekspor US$ 160 miliar. Sementara, lanjutnya, Indonesia yang memiliki 260 juta penduduk hanya mampu mengekspor US$ 145 miliar.
"Jangan kita raker-raker (rapat kerja) terus. Kita harus memunculkan suatu yang baru supaya kita bersaing dengan negara-negara lain," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Mendag mengaku telah melakukan evaluasi terhadap kinerja ITPC dan atas perdagangan. Dia menyatakan bakal mengambil relokasi dari negara-negara yang dianggap tidak potensial bagi pasar ekspor.
"Ada beberapa negara yang kita anggap tidak perlu, misalnya Norwegia. Di Milan juga sudah kita kurangi. Lalu yang kita usulkan dan itu sudah disetujui adalah relokasi, Shanghai," kata Dia.
ITPC adalah unsur pelaksana teknis yang merupakan bagian dari perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. ITPC merupakan lembaga pemerintah yang bersifat nirlaba.
(dru) Next Article Jokowi Lagi-lagi Marah ke Menterinya, Kali Ini Soal Lartas
Dalam pembukaan rapat kerja Kementerian Perdagangan, Rabu (31/1/2018), Presiden meminta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk melakukan evaluasi terhadap capaian ITPC.
"Bertahun-tahun kita miliki tapi apa yang dilakukan ITPC? Apa mau kita teruskan? Kalau menurut saya, tidak. Kalau tidak ada manfaat, ya Saya tutup karena negara keluar biaya untuk itu. Negara keluar duit yang tidak kecil, banyak," tuturnya di Istana Negara, Rabu (31/1/2018).
Berdasarkan catatannya, pada 2017 Thailand yang hanya memiliki penduduk 68 juta mampu melakukan ekspor senilai US$ 231 miliar dan Vietnam hanya 92 juta penduduk dengan nilai ekspor US$ 160 miliar. Sementara, lanjutnya, Indonesia yang memiliki 260 juta penduduk hanya mampu mengekspor US$ 145 miliar.
"Jangan kita raker-raker (rapat kerja) terus. Kita harus memunculkan suatu yang baru supaya kita bersaing dengan negara-negara lain," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Mendag mengaku telah melakukan evaluasi terhadap kinerja ITPC dan atas perdagangan. Dia menyatakan bakal mengambil relokasi dari negara-negara yang dianggap tidak potensial bagi pasar ekspor.
"Ada beberapa negara yang kita anggap tidak perlu, misalnya Norwegia. Di Milan juga sudah kita kurangi. Lalu yang kita usulkan dan itu sudah disetujui adalah relokasi, Shanghai," kata Dia.
ITPC adalah unsur pelaksana teknis yang merupakan bagian dari perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. ITPC merupakan lembaga pemerintah yang bersifat nirlaba.
(dru) Next Article Jokowi Lagi-lagi Marah ke Menterinya, Kali Ini Soal Lartas
Most Popular