Fokus Diversifikasi Bisnis, Kalbe Farma Target Pertumbuhan 8%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 January 2018 17:26
Nilai ini sama dengan target yang dipatok perusahaan untuk pertumbuhan di tahun lalu, meski pencapaian di 2017 tak memenuhi rencana perusahaan.
Foto: Monica Wareza
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menargetkan pertumbuhan moderat di tahun ini dengan mematok angka pertumbuhan sebesar 8% dari capaian tahun lalu.

Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, pencapaian target tahun ini akan ditunjang penambahan produk-produk mulai dariĀ obat generik dan patenĀ serta produk nutrisi.

"Tahun lalu kan 8%, tahun ini kurang lebih mungkin minimal sama atau lebih dikit lah. Tahun lalu 8% tapi tidak tercapai. Itu masih dihitung ya belum final tapi perkiraan saya mungkin 4%-5% revenue growth (tahun lalu)," kata Vidjongtius di Hotel Westin Jakarta, Kamis (18/1).

Sepanjang 2017, menurut Vidjongtius, daya beli masyarakat yang rendah berpengaruh besar pada penjualan perusahaan. Ditambah dengan pelemahan rupiah yang berdampak pada meningkatnya cost yang perlu dikeluarkan perusahaan untuk membeli bahan baku produksi yang berasal dari impor.

Adapun tahun ini perusahaan juga mulai melebarkan bisnisnya dengan membuat usaha patungan laboratorium klinik dengan dua perusahaan asal Jepang. Usaha ini selain menjadi diversifikasi usaha, juga akan menjadi salah satu jalur distribusi obat-obatan yang diperoduksi perusahaan. Ditargetkan usaha baru ini tak hanya bisa menjadi laboratorium klinik biasa, namun juga menjadi tempat rujukan pengguna BPJS dari rumah sakit dan klinik.

Analis Konsumer NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mengatakan Kalbe Farma diuntungkan dengan diversifikasi usaha yang dilakukan dengan baik dengan tingkat penjualan yang merata untuk keempat bisnis usahanya, yakni farmasi, alat kesehatan, nutrisi dan distribusi.

Dia mengatakan bahwa tahun ini Kalbe Farma akan ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat untuk divisi nutrisi dan kesehatan konsumen. Divisi farmasi akan didorong oleh penjualan obat generik tanpa merek yang akan datang dari permintaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sementara divisi distribusi akan didukung oleh volume distribusi dari ketiga divisi lainnya.

"Dari sejak awal Januari posisi rupiah sudah menguat sekitar 1.7% terhadap dolar AS. Dengan posisi rupiah yang menguat/stabil akan membawa kestabilan marjin keuntungan sektor farmasi," kata Joni.

Menurut dia, regulasi pemerintah terkait pemberlakuan JKN akan membuat volume penjualan obat generik tanpa merk akan meningkat, meski memiliki marjin keuntungan yang lebih tipis dibanding dengan obat ethical bermerek.

(hps) Next Article Pabrik Kalbe Farma Bikin Jokowi Senang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular