
Adanya HET Membuat Penggilingan Picu Produksi Beras Premium
Arys Aditya, CNBC Indonesia
18 January 2018 13:36

Jakarta, CNBC Indonesia – Keputusan pemerintah mengeksekusi impor sebanyak 500.000 ton dinilai terlambat sebab indikasi kurangnya pasokan beras medium saat ini sudah diendus sejak September 2017 atau ketika pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium.
Dalam keputusan yang tertuang di Peraturan Menteri Perdagangan No. 57/2017 tentang HET itu, harga tertinggi beras medium di Jawa, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTB dan Sulawesi diputuskan Rp 9.450/kilogram (kg) dan beras premium Rp 12.800 per/kg.
Guru Besar Pertanian Universitas Lampung dan Ketua Umum Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin mengatakan ketika harga tertinggi beras tertinggi ditetapkan, produsen lebih menggenjot produksi beras premium ketimbang medium.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Dalam keputusan yang tertuang di Peraturan Menteri Perdagangan No. 57/2017 tentang HET itu, harga tertinggi beras medium di Jawa, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTB dan Sulawesi diputuskan Rp 9.450/kilogram (kg) dan beras premium Rp 12.800 per/kg.
Guru Besar Pertanian Universitas Lampung dan Ketua Umum Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin mengatakan ketika harga tertinggi beras tertinggi ditetapkan, produsen lebih menggenjot produksi beras premium ketimbang medium.
"Ketika harga untuk beras medium dipatok, maka penggilingan mulai menggiling beras medium menjadi premium," kata Bustanul dalam sebuah diskusi, Kamis (18/01/2018).
Hal yang sama disampaikan oleh Zulkifli Rasyid, Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KPIBC). Zulkifli menyebutkan, sejak HET diterapkan, beras medium perlahan menghilang dari pasaran. Sementara, beras premium tetap tersedia.
"Saya sudah bilang sejak September, tapi tidak didengarkan. Kalau memang ada surplus seperti kata menteri pertanian, barangnya mana? Di pasar tidak ada," katanya.
Dia bahkan menyarankan agar impor beras medium dilakukan sejak September-Oktober tahun lalu ketika harga beras sudah mulai menanjak, bukan pada awal tahun yang berdekatan dengan awal masa panen raya petani padi.
Adapun, Ekonom Indef Berly Martawardaya menyatakan, kemelut importasi beras yang disebabkan oleh melesatnya harga tidak terlalu dipengaruhi oleh permainan mafia, melainkan pemerintah yang terlambat memprediksi suplai dan permintaan di pasar.
"Kalau mafia, pasti mereka sudah jual di harga Rp12.000an per kg. Itu sudah untung Rp2.000-Rp3.000 per kg. Tapi sampai saat ini Rp13.000an per kg, tidak ada. Bahkan di Kalimantan Tengah sudah Rp14.000an per kg," ujarnya.
Berdasarkan data di hargapangan.id yang dikelola Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per Kamis (18/1) siang, harga beras di DKI Jakarta tercatat Rp13.650 per kg.
Hal yang sama disampaikan oleh Zulkifli Rasyid, Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KPIBC). Zulkifli menyebutkan, sejak HET diterapkan, beras medium perlahan menghilang dari pasaran. Sementara, beras premium tetap tersedia.
"Saya sudah bilang sejak September, tapi tidak didengarkan. Kalau memang ada surplus seperti kata menteri pertanian, barangnya mana? Di pasar tidak ada," katanya.
Dia bahkan menyarankan agar impor beras medium dilakukan sejak September-Oktober tahun lalu ketika harga beras sudah mulai menanjak, bukan pada awal tahun yang berdekatan dengan awal masa panen raya petani padi.
Adapun, Ekonom Indef Berly Martawardaya menyatakan, kemelut importasi beras yang disebabkan oleh melesatnya harga tidak terlalu dipengaruhi oleh permainan mafia, melainkan pemerintah yang terlambat memprediksi suplai dan permintaan di pasar.
"Kalau mafia, pasti mereka sudah jual di harga Rp12.000an per kg. Itu sudah untung Rp2.000-Rp3.000 per kg. Tapi sampai saat ini Rp13.000an per kg, tidak ada. Bahkan di Kalimantan Tengah sudah Rp14.000an per kg," ujarnya.
Berdasarkan data di hargapangan.id yang dikelola Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per Kamis (18/1) siang, harga beras di DKI Jakarta tercatat Rp13.650 per kg.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Most Popular