
Made in China Merajai Dunia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 January 2018 08:07

Jakarta, CNBC Indonesia - China merupakan raksasa ekonomi dunia. Negeri Tirai Bambu ini merajai berbagai indikator ekonomi global.
Salah satu indikator yang menempatkan China di posisi puncak adalah perdagangan.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini merupakan negara yang paling banyak memasok produknya ke seantero bumi. Data Bank Dunia menyebutkan bahwa sepanjang 2016, nilai ekspor China mencapai US$2,09 triliun (Rp 27,9 kuadriliun). Nilai itu jauh meninggalkan Amerika Serikat (AS) di posisi kedua dengan $ 1,45 triliun.
China pun menikmati surplus neraca perdagangan dengan berbagai negara. Tidak heran, karena dari mulai peniti sampai telepon seluler semuanya berlabel made in China.
Mengutip data Bank Dunia, China memperoleh surplus neraca perdagangan terbesar dari Hong Kong senilai $ 270,55 miliar pada 2016, disusul AS di posisi kedua dengan $ 250,56 miliar.
Kedigdayaan China dalam perdagangan internasional sempat membuat gerah AS, negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Presiden AS Donald Trump tahun lalu memerintahkan pemeriksaan mendalam atas transaksi perdagangan negara itu dengan China yang mencatatkan defisit cukup besar. Tindakan Trump itu disebut-sebut oleh banyak negara lainnya sebagai salah satu upaya proteksionisme yang dianggap dapat mengganggu perdagangan bebas internasional saat ini.
Tim Riset CNBC Indonesia
(prm) Next Article Banjir Alat Evaporator Buatan China, Industri Lokal Terancam
Salah satu indikator yang menempatkan China di posisi puncak adalah perdagangan.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini merupakan negara yang paling banyak memasok produknya ke seantero bumi. Data Bank Dunia menyebutkan bahwa sepanjang 2016, nilai ekspor China mencapai US$2,09 triliun (Rp 27,9 kuadriliun). Nilai itu jauh meninggalkan Amerika Serikat (AS) di posisi kedua dengan $ 1,45 triliun.
![]() Sumber: Bank Dunia |
Mengutip data Bank Dunia, China memperoleh surplus neraca perdagangan terbesar dari Hong Kong senilai $ 270,55 miliar pada 2016, disusul AS di posisi kedua dengan $ 250,56 miliar.
![]() Sumber: Bank Dunia |
Presiden AS Donald Trump tahun lalu memerintahkan pemeriksaan mendalam atas transaksi perdagangan negara itu dengan China yang mencatatkan defisit cukup besar. Tindakan Trump itu disebut-sebut oleh banyak negara lainnya sebagai salah satu upaya proteksionisme yang dianggap dapat mengganggu perdagangan bebas internasional saat ini.
Tim Riset CNBC Indonesia
(prm) Next Article Banjir Alat Evaporator Buatan China, Industri Lokal Terancam
Most Popular