
Internasional
Kabut Asap, Korea Selatan Gratiskan Transportasi Publik
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 January 2018 13:39

Seoul, CNBC Indonesia - Pemerintah Seoul, Korea Selatan (Korsel), membeberkan langkah-langkah darurat untuk menanggulangi kabut asap (smog) tebal yang menyelimuti kota itu.
Sejak Senin (15/1/2018), pemerintah Seoul menghapus tarif transportasi publik selama jam sibuk akibat rata-rata kandungan debu sangat halus (ultra-fine dust) di udara yang masih berada di atas 50 mikrogram per meter kubik, level yang dianggap sangat berbahaya. Hal ini dilakukan agar semakin banyak warga beralih ke transportasi publik.
Pemerintah juga telah membatasi penggunaan mobil untuk karyawan publik, menutup 360 lahan parkir, dan mengurangi pekerjaan konstruksi di berbagai proyek yang didanai pemerintah.
Peraturan ini pertama kali diumumkan tahun lalu ketika indeks kualitas udara Seoul melampaui 179 mikrogram debu halus per meter kubik, level tertinggi di antara kota metropolitan global setelah New Delhi di India.
Para pakar menilai penggunaan batu bara dan diesel di negara tersebut telah mengakibatkan peningkatan polusi udara yang diperburuk dengan smog kiriman dari China.
Berbagai tindakan anti-polusi terakhir nampaknya akan tetap berjalan selama beberapa hari, tetapi diharapkan tidak memberi efek negatif terhadap operasional perusahaan swasta, tulis Miha Hribernik, analis senior untuk Asia di Verisk Maplecroft yang dikutip oleh CNBC.
Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia ini masuk daftar delapan negara dengan kinerja terburuk di Indeks Kualitas Udara 2018 (2018 Air Quality Index) dari Verisk Maplecroft. India dan Bangladesh secara berurutan menduduki posisi pertama dan kedua.
(prm/prm) Next Article Korsel Kemasukkan Covid Varian Delta Plus, Apa Kabar Seoul?
Sejak Senin (15/1/2018), pemerintah Seoul menghapus tarif transportasi publik selama jam sibuk akibat rata-rata kandungan debu sangat halus (ultra-fine dust) di udara yang masih berada di atas 50 mikrogram per meter kubik, level yang dianggap sangat berbahaya. Hal ini dilakukan agar semakin banyak warga beralih ke transportasi publik.
Pemerintah juga telah membatasi penggunaan mobil untuk karyawan publik, menutup 360 lahan parkir, dan mengurangi pekerjaan konstruksi di berbagai proyek yang didanai pemerintah.
Para pakar menilai penggunaan batu bara dan diesel di negara tersebut telah mengakibatkan peningkatan polusi udara yang diperburuk dengan smog kiriman dari China.
Berbagai tindakan anti-polusi terakhir nampaknya akan tetap berjalan selama beberapa hari, tetapi diharapkan tidak memberi efek negatif terhadap operasional perusahaan swasta, tulis Miha Hribernik, analis senior untuk Asia di Verisk Maplecroft yang dikutip oleh CNBC.
Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia ini masuk daftar delapan negara dengan kinerja terburuk di Indeks Kualitas Udara 2018 (2018 Air Quality Index) dari Verisk Maplecroft. India dan Bangladesh secara berurutan menduduki posisi pertama dan kedua.
(prm/prm) Next Article Korsel Kemasukkan Covid Varian Delta Plus, Apa Kabar Seoul?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular