
Impor Beras Premium, Siapkah Pemerintah Rugi?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 January 2018 14:35

Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia memutuskan impor beras sebanyak 500.000 ton, dari Vietnam dan Thailand yang akan masuk pada akhir bulan ini.
Tujuannya jelas, yakni untuk menambah pasokan beras di dalam negeri guna menurunkan harga yang kian membubung tinggi. Harga beras memang makin mahal, pagi ini harga rata-rata di Jakarta Rp 14.050 per kg atau naik 11,07% dalam satu bulan terakhir.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 1 Tahun 2018, beras yang diimpor adalah jenis khusus, tetapi dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp 9.450 per kg.
Sebetulnya apa kriteria dari beras khusus yang impor ini? Kementerian Perdagangan salah satunya menyebutkan beras ini memiliki tingkat kepecahan 0-5%, jauh berbeda dengan kualitas beras medium yang punya tingkat kepecahan paling kecil 20% dan tertinggi 35%.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa pemerintah mengimpor beras khusus atau premium untuk kemudian menjualnya dengan harga beras medium?
Mari kita lihat harga beras khusus yang akan diimpor ini, yaitu jenis jasmine dan ponni dari Thailand dan Vietnam.
Dari situs Thai Rice Exporters Association (TREA), harga Thai Jasmine Rice pada 10 Januari 2018 senilai US$ 804 per ton.
Mengacu data itu, Tim Riset CNBC Indonesia mengestimasi berapa marjin yang sekiranya ditanggung pemerintah apabila beras yang akan diimpor pada akhir Januari dijual dengan batasan tertinggi Rp 9.450 per kg sesuai HET.
Adapun asumsi yang digunakan:
1. Beras khusus yang diimpor jenis Thai Jasmine
2. Harga ekspor Thai Jasmine mengacu pada situs TREA pada 10 Januari 2018 sebesar US$ 804 ton
3. Nilai tukar rupiah per 12 Januari 2018 adalah Rp 13.362 untuk US$ 1
Berdasrkan asumsi tersebut, marjin yang perlu ditanggung pemerintah mencapai Rp 646,5 miliar karena memaksakan menjual beras impor khusus dengan harga HET.
Hitungan ini memang masih sangat kasar, belum mempertimbangkan adanya biaya transportasi, laba PT Perusahaan Perdagangan Indonesia selaku importir, dan lain sebagainya.
Usai menggelar rapat dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dan para agen penyalur beras kemarin malam, Menteri Perdagangan mengatakan harga tidak penting karena fokus pemerintah adalah pasokan beras yang aman.
“Saya tidak peduli harganya berapa, nanti kamu jual dengan harga HET medium. Yang mengimpor PPI, bisa dengan mitranya," kata Menteri Perdagangan.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Tujuannya jelas, yakni untuk menambah pasokan beras di dalam negeri guna menurunkan harga yang kian membubung tinggi. Harga beras memang makin mahal, pagi ini harga rata-rata di Jakarta Rp 14.050 per kg atau naik 11,07% dalam satu bulan terakhir.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 1 Tahun 2018, beras yang diimpor adalah jenis khusus, tetapi dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp 9.450 per kg.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa pemerintah mengimpor beras khusus atau premium untuk kemudian menjualnya dengan harga beras medium?
Mari kita lihat harga beras khusus yang akan diimpor ini, yaitu jenis jasmine dan ponni dari Thailand dan Vietnam.
Dari situs Thai Rice Exporters Association (TREA), harga Thai Jasmine Rice pada 10 Januari 2018 senilai US$ 804 per ton.
Mengacu data itu, Tim Riset CNBC Indonesia mengestimasi berapa marjin yang sekiranya ditanggung pemerintah apabila beras yang akan diimpor pada akhir Januari dijual dengan batasan tertinggi Rp 9.450 per kg sesuai HET.
Adapun asumsi yang digunakan:
1. Beras khusus yang diimpor jenis Thai Jasmine
2. Harga ekspor Thai Jasmine mengacu pada situs TREA pada 10 Januari 2018 sebesar US$ 804 ton
3. Nilai tukar rupiah per 12 Januari 2018 adalah Rp 13.362 untuk US$ 1
![]() |
Berdasrkan asumsi tersebut, marjin yang perlu ditanggung pemerintah mencapai Rp 646,5 miliar karena memaksakan menjual beras impor khusus dengan harga HET.
Hitungan ini memang masih sangat kasar, belum mempertimbangkan adanya biaya transportasi, laba PT Perusahaan Perdagangan Indonesia selaku importir, dan lain sebagainya.
Usai menggelar rapat dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dan para agen penyalur beras kemarin malam, Menteri Perdagangan mengatakan harga tidak penting karena fokus pemerintah adalah pasokan beras yang aman.
“Saya tidak peduli harganya berapa, nanti kamu jual dengan harga HET medium. Yang mengimpor PPI, bisa dengan mitranya," kata Menteri Perdagangan.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Most Popular