Belajar dari Kasus Dugaan Penipuan Mario Teguh, Cek Hal Ini..

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
22 July 2023 15:00
Mario Teguh (Foto: Noel/detikHOT)
Foto: Mario Teguh (Foto: Noel/detikHOT)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang motivator ternama, Mario Teguh diduga melakukan penggelapan dana Rp 5 miliar. Kasus tersebut sempat viral di sosial media. Seperti diberitakan detik, Mario Teguh dilaporkan oleh seorang pengusaha skincare, Sunyoto Indra Prayitno, ke Polda Metro Jaya.

Dalam kasus ini, Mario Teguh menjanjikan omzet besar jika menggunakan jasanya lantaran followersnya yang mencapai puluhan juta. Namun, perusahaan skincare milik Sunyoto Indra menilai apa yang dijanjikan sang motivator tidak sesuai.

Mario Teguh pun membantah atas tuduhan penggelapan dana Rp 5 miliar ini, dan mengatakan bahwa berita yang disebarluaskan ini adalah tidak benar, serta mencemarkan nama baiknya. Alhasil, Mario dan tim kuasa hukumnya langsung melayangkan somasi.

Tepat pada 21/7/2023 muncul video keterangan para saksi korban atas peristiwa ini terkait kasus dugaan penggelapan dana tersebut.

"Bapak-ibu, jadikanlah ucapan kalian bukan sebagai tontonan, tapi sebagai tuntutan hidup kalian," ujar seorang perempuan yang kabarnya merupakan saksi korban kasus ini.

Terlepas dari apapun yang terjadi, kasus dugaan penggelapan dana ini mengajari para pengusaha baik dalam skala ultra mikro, mikro, kecil, hingga besar sebuah pelajaran finansial berharga.

Berikut adalah hal yang bisa Anda tarik dari peristiwa ini.

Bujet marketing tidak boleh asal-asalan & jangan bakar duit

Salah satu perusahaan konsultan teknologi terkemuka, Gartner, pernah melakukan studi seputar anggaran yang dialokasikan perusahaan di berbagai industri dengan cara menggali informasi lewat para direktur marketing perusahaan-perusahaan tersebut.

Berdasarkan studi itu, muncul temuan berupa magic number bahwa pemasaran di beberapa perusahaan berada di sekitar 11% dari penjualan kotor. Angka ini sempat turun di tahun 2021 lantaran adanya pandemi.

Berkaca pada kasus dugaan penggelapan dana ini, menyebut angka Rp 5 miliar untuk brand ambassador yang tak lain adalah bagian dari aktivitas pemasaran tentu sah-sah saja, namun apakah Rp 5 miliar ini benar-benar angka yang sesuai dengan penjualan produk?

Jika pemilik usaha rela menggelontorkan uang besar dengan iming-iming penjualan yang meroket, maka ketahuilah bahwa jaminan followers belum tentu bisa menjadi acuan untuk menentukan kesuksesan program pemasaran Anda.

Pemilik usaha harus lebih kritis soal hal ini. Adapun matrik pengukuran yang harus diketahui pengusaha adalah conversion rate atau nilai persentase keberhasilan brand ambassador menghasilkan "sebuah tindakan," yang memicu followers mereka masuk ke website, mengisi formulir, atau membeli produk yang dipasarkan olehnya.

Conversion rate tentu bisa diukur lewat fitur-fitur analisis yang ada di akun media sosial brand ambassador. Makin besar conversion rate, makin besar pula peluang Anda untuk mendapatkan calon pelanggan baru yang dari followers brand ambassador yang ditunjuk.

Kerja sama harus ada perjanjian

Bukan cuma membantah tudingan penerimaan dana Rp 5 miliar, Tim kuasa hukum Mario Teguh dan istri juga tidak pernah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau perjanjian kerja sama dengan pihak yang bersangkutan.

Tanpa adanya kontrak kerja, maka akan sangat sulit untuk memeriksa kasus ini secara mendalam. Potensi akan terjadinya wanprestasi dalam kerja sama tentu akan tetap ada, itulah sebabnya mengapa kontrak ini harus dibuat.

Jika salah ada pemalsuan dokumen kontrak kerja sama, maka pihak yang dirugikan juga bisa menggugat hal ini secara hukum.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tim Hotman Paris Soal Jerat Hukum Penipu Lowongan Freelance

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular