
Jadi Entrepreneur, Robert Kiyosaki Gak Main Saham & Obligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Penulis buku "Rich Dad Poor Dad," Robert Kiyosaki, menghimbau orang-orang yang suka berinvestasi saham dan surat utang untuk jangka panjang lantaran dua kelas aset ini bisa menimbulkan risiko yang cukup besar.
"Saya tidak pernah bermain-main di pasar saham atau obligasi. Sebagai entrepreneur, saya suka dengan kontrol penuh (atas aset yang dimiliki). Terlalu banyak tanda-tanda yang menunjukkan kehancuran pasar saham yang cukup parah. Jika masa depan Anda Anda bergantung dengan saham dan obligasi berhati-hatilah, cobalah untuk bertanya pada penasihat (keuangan) Anda. (Saya) khawatir depresi akan muncul," ujar Kiyosaki dalam cuitannya di Twitter, (17/7).
Cuitan itu langsung ditanggapi oleh Ramit Sethi, bintang Netflix yang juga merupakan penulis buku "I'll Teach You To Be Rich." Ramit mengunggah tangkapan layar tentang cuitan Kiyosaki pada 6/12/22 tentang investasi berupa sekaleng ikan tuna untuk melawan inflasi.
"Robert (Kiyosaki), saya sudah menabung untuk hidup saya di (ikan) tuna seperti yang Anda bilang, namun saya tidak kunjung mendapatkan imbal hasil, tolong berikan nasihat Anda," demikian cuitan Sethi.
Cuitan itu langsung menuai banyak komentar para netizen di Twitter.
Saham dan obligasi
Kedua aset ini seringkali disebut dalam konsep aset alokasi klasik. Dengan memiliki dua aset ini dalam portofolio investasi pribadi kita, maka kita bisa meminimalisir kerugian sekaligus memaksimalkan imbal hasil yang kita dapat di masa depan.
Jika dilihat dari awal tahun 2023, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang tampak kurang bagus lantaran banyak sentimen buruk yang menghantui pasar, sebut saja seperti masalah ketidakpastian global mulai dari masalah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih hawkish, hingga pelemahan ekonomi negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan Indonesia, seperti halnya China, dan isu-isu lain.
Sementara itu yield surat berharga negara (SBN) dari tenor lima hingga 20 tahun justru mengalami penurunan secara year to date (YTD).
Hal itu menunjukkan bahwa ada kenaikan besar dalam harga SBN yang disebabkan karena derasnya aliran dana asing yang kembali masuk ke pasar negara-negara berkembang, salah satunya adalah lewat obligasi negara mereka.
Bayangkan saja, jika seseorang membeli SBN di bulan Januari 2023 atau sebelumnya, maka harga surat utang yang dimiliki saat ini naik lantaran saat itu dia telah membelinya di harga murah (diskon).
Selain bisa untung jika dijual kembali, obligasi yang dimiliki tentu bisa menghasilkan pendapatan tetap setiap tahun, yang bisa menutupi kerugian investasi saham.
Jadi kesimpulannya, saham dan obligasi tentu menjadi dua kelas aset yang bisa saling membantu dalam meningkatkan kinerja portofolio Anda dalam jangka panjang.
Opini Kiyosaki yang selama ini lebih menyukai emas, perak, dan cryptocurrency juga bukan merupakan hal yang salah lantaran setiap orang tentu memiliki tingkat keyakinan yang berbeda-beda soal investasi.
Nah, sekarang apakah Anda setuju dengan opini Kiyosaki? Atau malah sebaliknya?
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Robert Kiyosaki: Investor Saham & Obligasi Boncos di 2024!