
68% Orang Tua Rela Kuras Tabungan Agar Anak Kaya Raya

Jakarta, CNBC Indonesia - Apapun yang terjadi, meski dalam kondisi keuangan buruk pun orangtua akan selalu mendahulukan kepentingan anak. Benarkah demikian?
Survei dari Bankrate di Amerika Serikat menunjukkan bahwa, 68% orangtua rela mengorbankan keuangannya demi membantu sang anak merdeka finansial. Mereka bahkan rela untuk mengorbankan dana pensiun, dana darurat, melunasi utang sang anak, hingga membantu merealisasikan mimpi-mimpinya.
Bukan rahasia lagi bahwa Generasi Z (18 - 26 tahun) memulai karier mereka di era inflasi dan suku bunga tinggi. Generasi Z mungkin sadar bahwa saat usia mereka sudah mulai bertambah, maka mereka akan mulai pusing dengan tagihan-tagihan biaya hidup layaknya orangtua mereka, yang akhirnya mengesampingkan cita-citanya untuk merdeka finansial.
Meski demikian, terlalu banyak membantu anak tentu bisa merusak kondisi keuangan orangtua.
Berikut adalah gambaran seberapa besar kesediaan orangtua mengorbankan uangnya untuk membantu sang anak merdeka finansial menurut survei Bankrate.
Menguras tabungan demi anak tanda buta finansial
Namun disebutkan pula bahwa faktor wilayah tempat tinggal masyarakat juga menjadi faktor tinggi atau rendahnya kesediaan hati orangtua dalam mengeluarkan uang. Sebut saja di wilayah Amerika Serikat Barat Tengah (Midwest), sebagian besar orangtua justru tidak mau mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membantu anak-anak mereka.
Adapun jumlah orangtua di wilayah Midwest yang tak keberatan menguras dana pensiun mereka adalah 38%, sementara wilayah Selatan mencapai 46%, di bagian utara 45%, dan barat 39%.
Analis Bankrate, Ted Rossman menilai bahwa aksi kuras tabungan yang dilakukan orangtua demi anak menandakan bahwa mereka memiliki literasi finansial yang buruk, alias buta dalam urusan keuangan.
"Membayar tagihan-tagihan sang anak justru bisa menimbulkan kebiasaan buruk bagi sang anak di masa depan nanti. Dan bukan hanya itu, ketersediaan dana pensiun Anda bisa terkuras alhasil tujuan finansial Anda yang jadi taruhannya, Anda mungkin bisa meminjam dana dalam jumlah besar untuk suatu hal, namun tidak untuk dana pensiun," ujar Rossman.
Survei dari Bankrate juga menunjukkan bahwa semakin rendah penghasilan rumah tangga, makin mudah bagi mereka untuk menguras dana darurat demi anak.
Orangtua bukan dana darurat & dana pensiun itu penting
Dana pensiun sendiri adalah dana yang kita persiapkan dari jauh-jauh hari untuk bekal hidup kita di saat kita memasuki masa tidak produktif. Kurangnya dana pensiun tentu bisa memaksa kita bekerja lagi dan membanting tulang, mengorbankan waktu serta kesehatan.
Sebagian dari Anda mungkin berpikir bahwa karena pensiun Anda masih lama, maka saat ini belum merupakan saat yang tepat untuk mengumpulkan dana pensiun.
Namun anggapan itu salah besar, lantaran kebutuhan dana pensiun Anda di masa yang akan datang bisa saja terlihat besar lantaran inflasi.
Survei dari Northwestern Mutual menyebut bahwa, di tahun lalu masyarakat Negeri Paman Sam justru menyebut US$ 1,25 juta sementara bagi responden berusia 50 tahunan, justru menyebut angka US$1,5 juta atau kurang lebih Rp 22 miliar.
Kebutuhan dana pensiun Anda yang saat ini tinggal di Indonesia bisa saja di atas itu karena besaran dana ini akan sangat bergantung pada gaya hidup Anda.
Berikut adalah hasil perhitungan besaran pengeluaran Anda dalam 25 tahun ke depan, dengan asumsi inflasi tahunan sebesar 5%.
Data yang disajikan oleh Bankrate menunjukkan bahwa di negara maju sekalipun, masih banyak anggapan orangtua adalah dana darurat bagi anak.
Semestinya setiap tujuan finansial atau kebutuhan yang berkaitan dengan anak baik yang bersifat pendidikan, pembelian aset, dan lain sebagainya harus direncanakan jauh-jauh hari.
Sebagai orangtua, Anda pun bertanggung jawab untuk membuat sang anak menjadi melek finansial terutama adalah memahami bagaimana utang bisa menggerus kekayaan dan menciptakan pengeluaran pasif.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Tahap Kehidupan Kala Pensiun, Tak Selalu Indah dan Santai
