
Ini yang Bikin Dana Pensiun Anda Gak Pernah Terkumpul

Jakarta, CNBC Indonesia - Semua orang tentu ingin bisa hidup tenang di masa tua, bebas utang dan tak pusing dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tentunya, itu semua bisa terwujud dengan adanya dana pensiun.
Apakah Anda sudah tahu besaran dana pensiun yang ideal bagi Anda? Pastinya mempersiapkan hal yang satu ini jelas membutuhkan komitmen yang kuat.
Dan ketahuilah bahwa perilaku sepele ini bisa saja menggagalkan upaya Anda dalam mengumpulkan dana pensiun. Alhasil dengan dana pensiun yang kurang, Anda masih harus bekerja mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Berikut adalah deretan perilaku sepele yang berpotensi menggagalkan cita-cita Anda memiliki dana pensiun.
Tidak tahu berapa dana pensiun yang ideal bagi diri Anda
Sehandal apapun Anda dalam menghasilkan keuntungan saat investasi, Anda tidak akan berhasil jika tidak mengetahui berapa besar dana pensiun yang Anda butuhkan nanti.
Hitunglah kebutuhan pensiun Anda dengan menghitung total pengeluaran tahunan Anda, dan tingkat inflasi rata-rata di Indonesia.
Sesuaikan pula perhitungan itu dengan tahun di mana Anda akan pensiun. Alhasil Anda bisa mendapatkan gambaran, berapa besar dana yang harus Anda kumpulkan dan berapa lama proses investasinya.
Setelah Anda mengetahuinya, Anda bisa memulai proses investasi secepatnya.
Menunda investasi
Usia Anda mungkin masih kepala dua dan usia pensiun Anda di kepala lima. Hal inilah yang membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk menunda mengumpulkan dana pensiun.
Patut sekali diketahui bahwa setahun saja menunda bisa semakin membuat proses investasi Anda semakin berat ke depan. Karena sisa waktu Anda untuk mengumpulkan dana pensiun akan berkurang, alhasil uang yang harus Anda sisihkan setiap bulannya jadi semakin besar.
Mulailah investasi untuk dana pensiun secepatnya, setelah Anda memiliki dana darurat dan proteksi minimal dalam bentuk asuransi kesehatan.
Pengeluaran gaya hidup yang tak terkontrol
Sederhana saja, ketika Anda tidak membatasi pengeluaran maksimal untuk hal yang bersifat keinginan atau gaya hidup, maka pengeluaran untuk hal yang satu ini akan menjadi pengeluaran tidak tetap.
Cukup berbahaya apabila kita membiarkan hal ini, karena besar kemungkinan pengeluaran gaya hidup kita akan mengalami kenaikan saat penghasilan kita naik.
Ketika pengeluaran gaya hidup melonjak, maka dikhawatirkan pengeluaran untuk investasi jadi semakin berkurang.
Alokasikan saja dana maksimal 15-20% dari penghasilan per bulan untuk pengeluaran gaya hidup. Tapi jika Anda sudah bisa merasa cukup dengan 10% atau lebih rendah lagi, maka itu akan jauh lebih baik.
Profit taking sebelum waktunya
Tidaklah mudah untuk memulai investasi jangka panjang tanpa sebuah komitmen dan pengetahuan yang baik.
Dengan alasan mengamankan modal. bisa saja di tengah jalan kita mencairkan investasi dana pensiun kita karena keuntungannya sudah menggiurkan. Apakah hal ini boleh dilakukan?
Keputusan ini bisa menguntungkan bisa juga sebaliknya. Ketika dana tersebut dicairkan dan tidak kunjung diinvestasikan kembali, maka ada potensi dana itu malah terpakai untuk hal yang tidak semestinya.
Kesalahan sepele ini justru bisa membuat Anda sulit mengumpulkan dana pensiun dalam jumlah yang semestinya.
Adapun solusi yang bisa Anda terapkan untuk masalah ini adalah dengan menerapkan strategi investasi pasif untuk mengumpulkan dana pensiun. Anda bisa memilih instrumen keuangan seperti reksa dana indeks atau exchange traded fund (ETF) untuk tabungan pensiun Anda.
Investasi pun dilakukan secara berkala, dan manfaatkan momentum koreksi pasar untuk menambah investasi Anda.
Mindset Anak adalah investasi
Alangkah lebih baik bagi Anda untuk bisa mandiri secara finansial dan bisa memberikan bekal yang bermanfaat bagi anak hingga cucu.
Bukan malah menjadikan mereka sebagai generasi sandwich yang harus membiayai hidup orangtua serta keluarga intinya.
Tantangan finansial yang akan dihadapi anak Anda di masa depan tentu akan semakin berat lantaran ada inflasi, perkembangan teknologi, dan lain sebagainya. Ketika mereka harus menanggung biaya hidup Anda dan keluarganya kelak, maka cucu Anda pun berpotensi mengalami nasib yang sama di masa depan.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gaji Rp 10 Juta, Butuh Uang Pensiun Rp 56 M, Mampu?