Gampang, Ini 4 Cara Ukur Cuan & Risiko Reksa Dana

Aulia Akbar, CNBC Indonesia
Senin, 05/06/2023 08:50 WIB
Foto: Dok Bank Mega

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana kelolaan memang menunjukkan besarnya tingkat kepercayaan investor terhadap reksa dana yang dipilih, namun lantas bagaimana caranya untuk mengukur tingkat besaran imbal hasil dan risiko dari reksa dana yang ingin di beli?

Membaca fund fact sheet untuk mengetahui isi dari portofolio tentunya merupakan hal yang sangat cerdas, namun apakah Anda memiliki waktu untuk menganalisa seluruh aset yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut?

Untuk mempermudah Anda memahami tingkat pengembalian dan risiko, ada beberapa indikator yang bisa Anda gunakan. Namun sayangnya, tidak semua aplikasi penjual reksa dana menampilkan indikator-indikator ini.


Jika Anda penasaran dengan indikator yang dimaksud, berikut adalah ulasan lengkapnya.

Annualized Return

Annualized return atau "return yang disetahunkan" adalah imbal hasil rata-rata sebuah reksa dana dalam setahun.

Sebut saja, reksa dana A memiliki total return kurang lebih 30% dalam kurun waktu lima tahun, namun rata-rata return dalam setahun bukan berarti 6% dengan asumsi membagi 30% dengan lima tahun.

Terkadang, beberapa reksa dana justru tidak mencatatkan kinerja positif di tahun tertentu. Annualized return akan mengukur berapa keuntungan yang "dirata-rata-kan" dalam hitungan tahun lewat metode (CAGR).

Untuk mencari tahu nila ini, Anda harus bisa mendapatkan data pergerakan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) secara harian maupun bulanan.

Annualized Risk

Jika yang satu ini adalah kebalikan dari annualized return, ini adalah "tingkat risiko yang disetahunkan" dari sebuah reksa dana dalam rentang periode tertentu. Annualized risk diukur dari standar deviasi return investasi.

Standar deviasi sendiri digunakan untuk mengukur seberapa jauh sebuah data statistik menyimpang.

Sharpe Ratio

Metode yang dipopulerkan oleh William F Sharpe pada 1960an silam ini, digunakan untuk mengukur sejauh mana sebuah kinerja portofolio disebut menguntungkan, apabila dilihat dari perbandingan keuntungan dan risikonya.

Rumus untuk mengukur Sharpe Ratio adalah:

(Return Reksa Dana (Annualized Return) - Return Investasi Risk Free (SBN)) / Standar Deviasi Reksa Dana (Annualized Risk)

Anggap saja, satu reksa dana memiliki Sharpe Ratio 1,5 maka artinya, setiap 1% risiko yang ditanggung, reksa dana akan memberikan keuntungan 1,5% ketimbang investasi risk free dalam hal ini adalah surat berharga negara (SBN).

Untuk bisa menggunakan sharpe ratio, Anda harus melakukan perbandingan terlebih dulu antara reksa dana satu dengan yang lain.

Jika ada sekelompok reksa dana dengan sharpe ratio positif, maka yang lebih tinggi tentu lebih baik. Namun jika sebagian besar adalah negatif, maka yang negatif terkecil tentu lebih baik.

Downside Risk

Metode pengukuran yang satu ini kerap disebut dengan istilah semi defiasi. Semi defiasi juga digunakan untuk mengukur tingkat risiko, seperti halnya standar defiasi.

Hanya saja, semi defiasi digunakan untuk menggambarkan fluktuasi nilai sebuah reksa dana atau aset investasi saat harganya mengalami kejatuhan.

Semi defiasi memang seringkali digunakan untuk melihat peluang penurunan harga sebuah instrumen, oleh karena itulah indikator ini disebut dengan istilah downside risk.


(aak/aak)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Intip Investasi Pilihan Nasabah Tajir Era Perang Dagang Trump