Begini Cara Cari Peluang Saham Murah Saat IHSG "Rungkad"

My Money - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 March 2023 08:20
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat pasar saham jatuh dalam akan terbit peluang di sana arena valuasi emiten yang makin murah. Lalu bagaimana cara untuk menilai suatu saham sedang murah?

Terdapat cara penilaian atau valuasi yang bisa dilakukan dengan mudah oleh para investor ritel maupun pemula, yakni relative valuation model.

Mengutip Investopedia, model penilaian relatif adalah metode valuasi yang membandingkan nilai perusahaan dengan pesaingnya atau perusahaan sejenis dalam industri.

Salah cara valuasi relatif yang paling populer adalah rasio harga terhadap laba (P/E). Ini dihitung dengan membagi harga saham dengan laba per saham (EPS).

P/E = Harga saham / EPS

Contoh menghitung P/E, emiten dengan kode saham ABCD diperdagangkan dengan harga Rp1.000 per lembar dan EPS senilai Rp100 per lembar. Maka P/E saham ABCD adalah 10x.

Sebuah perusahaan dengan rasio P/E yang lebih tinggi daripada emiten lain di dalam industri, berarti valuasi bisa dikatakan mahal atau overvalued. Demikian pula, perusahaan dengan rasio P/E rendah  dianggap undervalued atau cenderung murah.

Misalnya saja, jika P/E rata-rata untuk suatu industri adalah 10x dan emiten ABCD dalam industri tersebut diperdagangkan dengan P/E 15x, emiten tersebut bisa dikatakan overvalued. Akan tetapi jika P/E emiten tersebut adalah 5x, maka bisa dikatakan undervalued.

Selain dengan industri, Anda juga bisa membandingkan dengan perusahaan yang sejenis atau pesaingnya di dalam industri.

Perbedaan valuasi dalam industri bisa terjadi ketika investor belum mengapresiasi kinerja perusahaan sehingga harga sahamnya murah. Meskipun dengan tingkat laba per saham yang sama.

Contohnya saham ABCD dan WXYZ sama sama memiliki laba per saham atau EPS senilai Rp100 per lembar. Namun harga saham keduanya berbeda. Saham ABCD diperdagangkan dengan Rp500 per saham sedangkan harga saham WXYZ adalah Rp1.000.

Maka P/E ABCD menjadi: Rp500 / EPS Rp100 = 5x

Sementara P/E WXYZ adalah: Rp1.000 / EPS Rp100 = 10x.

Kesimpulannya emiten ABCD bisa dikatakan lebih murah dan bisa menjadi pilihan karena valuasinya lebih murah dengan kinerja laba yang setara.

Ini juga bisa Anda pandang sebagai peluang investasi emiten ABCD karena ada potensi harga bergerak ke level harga yang menyerupai saham WXYZ. Ingat, harga akan selalu bergerak mengikuti fundamental perusahaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
Artikel Terkait
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading