Masyarakat Juga Perlu 'Cadev', Gini Cara Kelolanya

My Money - Khoirul Anam, CNBC Indonesia
09 March 2023 20:00
Presiden Komesaris BNI Asset Management Eko Priyo Pratomo, dalam BNI Emerald Market Outlook dengan tema Foto: Presiden Komesaris BNI Asset Management Eko Priyo Pratomo, dalam BNI Emerald Market Outlook dengan tema "Optimizing Financial Opportunities As Epicentrum of Growth" pada Kamis (9/3/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah masa pandemi yang memukul mundur kinerja perekonomian nasional. Bagaimana cara mengelola keuangan untuk menghadapi berbagai tantangan perekonomian di masa depan?

Laiknya sebuah negara memiliki cadangan devisa (cadev) untuk membiayai impor dan membayar utang. Maka kita juga perlu memiliki 'cadev' versi mini untuk menjamin dapur tetap ngebul.

President Commissioner BNI Asset Management, Eko Priyo Pratoko menyebut pengelolaan keuangan pada dasarnya adalah pengelolaan risiko. "Apakah kita bisa mengelola masa depan kita atau tidak. Konsumsi saat ini dan konsumsi masa depan. Konsumsi masa depan itu vehicle-nya investasi," tukasnya dalam BNI Emerald Market Outlook di Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Kala menghadapi pandemi banyak masyarakat Indonesia yang hanya memiliki dana darurat untuk memenuhi konsumsi atau kebutuhan hidup atau rumah tangga selama 3 bulan saja. Bahkan lebih banyak yang tidak mencapainya.

"Saya pikir tidak ada suatu musibah yang tidak memberi pelajaran. Paling dekat mungkin kita pernah dengar dana darurat. Kami pernah survei di perusahaan ketika masa pandemi dan ternyata yang punya dana darurat tidak sampai dari 30% (responden). Bayangkan kita punya dana darurat hanya 3 bulan. Ini seperti cadev, kita cuma bisa hidup 3 bulan," tutur Eko.

"Saya melihat literasi keuangan ini, lesson learn yang ingin di-share bahwa kita perlu melakukan literasi kepada masyarakat luas," imbuhnya.

Literasi keuangan di Tanah Air masih jadi 'barang mahal' karena belum semua memahaminya. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 rasio literasi keuangan di berbagai instrumen keuangan masih jauh dari memuaskan.

Tercatat, literasi perbankan baru 49,68% kendati dari sisi inklusinya sudah mencapai 74,03%. Di pasar modal malah lebih mengenaskan, literasi keuangan cuma 4,11%, sedangkan inklusinya tidak lebih baik di 5,19%. Ini menyiratkan bahwa pengetahuan masyarakat terkait produk atau instrumen keuangan masih sangat minim. Apalagi terkait dengan instrumen investasi yang notabene banyak tersedia di pasar modal.

"Kita berharap bahwa bagaimana kita melakukan edukasi untuk orang itu melakukan proses investasi yang paling sederhana, misalnya untuk dana darurat. Itu investasi jangka pendek. Kita harus punya tabungan, deposito atau money market," terang Eko.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Bawa Kepuasan Nasabah, BNI Emerald Raih Penghargaan Ini


(rah/rah)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading