CNBC Indonesia Outlook 2023

Inflasi & Suku Bunga Mencekik, Awas Keuanganmu Sekarat!

My Money - Aulia Akbar, CNBC Indonesia
02 January 2023 18:00
Mengatur Keuangan Foto: iStock

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika 2022 dinilai sebagai tahun yang cukup menantang bagi kita semua, maka para pengamat pun menyebut 2023 sebagai tahun yang juga sangat menantang.

Di 2022, kita menyaksikan Perang Rusia - Ukraina yang berdampak inflasi serta perubahan kebijakan moneter yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.

Tim Riset CNBC Indonesia cukup yakin bahwa terjadi perubahan dari fundamental perekonomian global akibat Covid-19 dan isu-su geopolitik. Inflasi tentunya akan menjadi pokok perhatian utama di 2023 meski kami juga berharap akan ada penurunan secara perlahan.

Peristiwa-peristiwa yang bersifat makro tersebut secara tidak langsung akan memunculkan implikasi tersendiri bagi kesehatan keuangan pribadi kita semua.

Dan kami pun berharap Anda semua bisa mendapat pencerahan seputar manajemen keuangan pribadi lewat Financial Planning Outlook 2023 ini.

Inflasi

Pemicu inflasi di 2022 tidak lain adalah karena masalah geopolitik global. Pecahnya perang Rusia dan Ukraina, ketegangan Rusia dengan negara-negara Eropa serta kebijakan Zero Covid Case di China semakin memperburuk supply chain global yang berujung ke melonjaknya inflasi di berbagai negara.

Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan menyeluruh.

Seperti diketahui, tingkat inflasi di Indonesia di sepanjang tahun 2022 adalah 5,51% YoY. Laju inflasi ini menjadi yang tertinggi sejak 2014 lalu. Sekedar informasi, di tahun 2014, laju inflasi di RI mencapai 8,36% YoY.

Kenaikan BBM tampaknya menjadi faktor utama dari inflasi, karena dari situlah berawal kenaikan tarif logistik, angkutan umum, hingga harga-harga lainnya. Adapun hal yang menjadi faktor utama kenaikan harga BBM adalah adanya kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan biaya operasional Pertamina yang merupakan pengimpor minyak membengkak.

Lantas apa kabarnya di 2023?

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tingkat inflasi global ada pada 6,5% alias turun dari 8,8% pada 2022. Sektor energi dan bahan baku juga dinilai masih akan tetap mahal.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin sempat menyampaikan bahwa dirinya cukup yakin inflasi di 2023 akan turun jadi 3% YoY. Adapun langkah yang diambil pemerintah nantinya adalah menjaga level konsumsi domestik dan daya beli masyarakat, hilirisasi dan pemberdayaan UMKM, pengembangan ekonomi digital, serta ekonomi hijau.

Meski demikian, Bank Dunia sempat memperkirakan tingkat inflasi di Indonesia berada di level 4,4% YoY, lantaran kondisi keuangan masih ketat, harga komoditas yang melambat tapi tetap tinggi dari historinya. Bank Dunia menyebut, inflasi di RI baru akan terkendali di 3,7 pada 2024 dan 2025.

Apa yang harus diwaspadai?

Besar atau kecil, inflasi akan tetap ada dan hal itu akan menjadi fakta bahwa harga barang dan jasa pasti akan naik di masa depan.

Meski Pemerintah juga sudah mengumumkan adanya kenaikan upah minimum regional (UMP), belum tentu setiap orang bisa mengalami kenaikan gaji yang konsisten dan mengalahkan kenaikan inflasi tiap tahun.

Kenaikan harga barang dan jasa juga tidak hanya berlaku pada barang atau jasa yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Melainkan juga yang berkaitan dengan gaya hidup serta medis.

Menjaga kesehatan arus kas dengan berfokus pada menambah penghasilan adalah cara cerdas yang bisa dilakukan di 2023, ketimbang hanya berhemat dan mengurangi pengeluaran yang tidak menjadi prioritas.

Tahun 2023 juga merupakan tahun politik karena di tahun 2024, masyarakat akan merayakan pesta demokrasi apalagi kalau bukan pemilu. Anda pun bisa memanfaatkan momentum di masa kampanye, untuk mencari penghasilan tambahan.

Jangan pula membiarkan adanya inflasi berlebihan untuk pengeluaran gaya hidup bukanlah hal yang bijak. Alangkah lebih aman bagi Anda untuk menjaga keamanan finansial Anda untuk saat ini dan masa depan.

Berinvestasilah sejak dini, untuk mewujudkan mimpi-mimpi Anda di masa depan. Pilihlah instrumen investasi dengan imbal hasil yang bisa mengalahkan inflasi serta pastikan bahwa penghasilan Anda terus bertambah setiap tahunnya.

Meningkatnya biaya medis juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi Anda ke depannya. Kenaikan biaya rawat inap, rawat jalan, dan pengobatan lainnya bisa sangat menguras tabungan.

Itu sebabnya penting bagi Anda untuk mengamankan keuangan sekarang juga dengan memiliki asuransi kesehatan.

Era Suku bunga tinggi di 2023

Untuk meredam inflasi, teorinya adalah dengan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga di tengah perekonomian yang tertekan juga akan menimbulkan tantangan baru.

Proses pemulihan ekonomi tentunya akan semakin sulit karena daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa yang diproduksi industri bisa saja merosot. Penurunan penjualan bisa saja memaksa industri untuk memangkas operasionalnya dan berujung kepada aksi pemutusan hubungan kerja (PHK).

IMF sendiri telah memproyeksikan ekonomi global yang tumbuh 2,7% di tahun 2023. Jumlah ini dinilai turun dari 3,2% di tahun 2022.

Lantas apa kabar dengan Indonesia?

Seperti diketahui, di 2022 Indonesia mengalami tren pertumbuhan ekonomi di atas 5% secara YoY. Kuartal I 2022 di 5%, kuartal II 2022 di 5,4%, dan kuartal III di 5,7%.

Adapun faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi ini ada pada kelonggaran aktivitas masyarakat dan ekspor komoditas.

Pemerintah RI juga cukup optimis terkait pertumbuhan di kuartal IV 2022. Laju pertumbuhan konsumsi diperkirakan masih stabil dan berpotensi menguat karena adanya libur Nataru. Pemerintah pun yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 ada di kisaran 5,1-5,3%.

Meski demikian, Pemerintah RI menilai bahwa akan ada sedikit perlambatan yang disebabkan oleh pelemahan ekonomi global. Bank Indonesia pun memprediksikan pertumbuhan ekonomi RI di 2023 di rentang 4,5 - 5,3%.

Apa yang harus diwaspadai?

Terkait perencanaan keuangan pribadi, perlambatan ekonomi di 2023 bisa saja memunculkan masalah yang berkaitan dengan keamanan penghasilan.

Risiko PHK tentu masih menjadi momok yang cukup menakutkan bagi para karyawan. Sementara para pengusaha juga masih akan bergelut dengan kenaikan harga produksi dan penjualan.

Penting sekali untuk memiliki dana darurat guna mengantisipasi ketidakpastian ekonomi ini. Di saat penghasilan berkurang atau hilang, kebutuhan hidup akan tetap ada dan harus dibayar.

Bagi karyawan, tidak ada salahnya untuk menyediakan tabungan dana darurat minimal setara 6 kali pengeluaran bulanan.

Sementara bagi pengusaha, sediakanlah tabungan dana darurat minimal setara satu tahun pengeluaran Anda. Pastikan pula bahwa bisnis yang Anda jalani tetap bisa menghasilkan cash flow operasional yang positif.

Lunasi pulalah utang-utang konsumtif jangka pendek Anda, lantaran beban keuangan ini akan terus menciptakan pengeluaran pasif di kemudian hari. Hindarilah berutang untuk hal yang bersifat konsumtif atau yang bukan merupakan kebutuhan.

Bagi Anda yang memiliki utang jangka panjang seperti KPR, KTA, dan lainnya, pertimbangkan pula opsi pelunasan sebagian guna meringankan beban utang.

Strategi investasi 2023

Dengan kondisi ekonomi yang cukup menantang, isu geopolitik masih berpotensi menciptakan perlambatan ekonomi di dunia ini. Harus dipahami, inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga akan menjadi risiko sistemik yang berdampak ke seluruh kelas aset.

Alangkah lebih baik untuk tidak terlalu agresif di pasar modal. Investor perlu menjaga ketersediaan cash dengan baik dan melakukan diversifikasi ke kelas aset yang berbeda.

Jangan mempersempit portofolio investasi Anda dengan hanya berinvestasi di saham. Karena hal itu justru akan meningkatkan risiko investasi Anda ke depan.

Dan tetap konsistenlah dalam menerapkan strategi goal based investing (investasi sesuai tujuan finansial) agar seluruh impian Anda bisa tercapai di masa depan.

Value stock & income stock

JP Morgan sebelumnya sempat mengatakan bahwa mereka telah melihat peluang emas saham-saham bervaluasi murah (value stock) di 2023. Hal itu disebabkan karena, growth stock dinilai cukup tinggi untuk saat ini.

Dengan adanya ramalan IMF seputar pertumbuhan ekonomi global yang sebesar 2,7% di 2023, pendapatan perusahaan-perusahaan pun diprediksi turun. Dan hal tersebut tentu berimplikasi pada penurunan harga sahamnya di bursa.

JP Morgan menilai saham-saham dengan pembagian dividen rutin (income stock) bisa menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini. Adapun alasannya adalah karena dividen bisa mengkompensasi kerugian dari turunnya harga saham.

Sementara itu, Credit Suisse menilai bahwa perusahaan-perusahaan atau sektor dengan penghasilan stabil, utang yang rendah, serta perusahaan yang memiliki margin laba kotor dan bersih yang tinggi akan menjadi pilihan tepat untuk berinvestasi di tahun ini.

SBN untuk diversifikasi investasi

Tingkat suku bunga yang tinggi umumnya akan membuat harga surat berharga negara (SBN) jangka panjang semakin menurun. Ketika terjadi penurunan, maka yield SBN akan meningkat.

SBN dengan yield di atas rata-rata inflasi tentu bisa berguna untuk mengamankan pertumbuhan nilai aset Anda di 2023.

Di awal 2023, Pemerintah Indonesia dikabarkan akan merilis SBN Seri SBR012. SBR012 adalah jenis SBN yang bersifat non-tradable (tidak bisa dijual di pasar sekunder), namun memiliki kupon imbal hasil bersifat mengambang dengan batas minimal.

Pemilihan SBR012 dinilai tepat di saat ini. Hal itu disebabkan karena dengan kupon mengambang, imbal hasil SBR012 juga akan ikut naik saat Suku Bunga Acuan BI mengalami kenaikan.

SBR012 juga dilengkapi dengan fitur early redemption di mana investor bisa mencairkan sebelum jatuh tempo, sesuai aturan yang berlaku.

Sebagai alternatif SBN, Anda juga bisa memilih reksa dana pendapatan tetap bila Anda lebih suka dengan metode investasi berkala (dollar cost averaging).

 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ekonomi Gak Jelas? Investasi Ini Bisa Jadi Kunci Cuan


(aak/aak)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading