
Mau Wujudkan Mimpi di Masa Depan? Coba Pahami Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Perilaku dan mindset mengenai uang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan menggunakan uang sehari-hari.
Studi Harter dan Harter yang diterbitkan oleh The Library of Medicine telah menunjukkan korelasi antara pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan dan kesejahteraan finansial di masa dewasa.
Banyak yang telah membuktikan bahwa kita tidak hanya mengembangkan kebiasaan dan keyakinan kita tentang uang di masa kanak-kanak, tetapi keyakinan ini dipengaruhi oleh kebiasaan, keterampilan, dan sikap finansial yang dicontohkan oleh orang tua kita.
Misalnya saja seorang anak yang sejak kecil terlahir di keluarga mapan, di mana setiap hari dia melihat orang tuanya begitu disiplin dalam urusan pengeluaran, tidak suka menghamburkan uang, dan gemar investasi.
Hal ini dirasa bahwa memiliki banyak uang mengarah pada gaya hidup sehat seperti tidak boros. Hal ini dapat menyebabkan kebiasaan seperti gaya hidup hemat dan mampu menetapkan strategi, yang akan mempermudah pencapaian tujuan keuangan jangka panjang Anda.
Senada dengan penelitian tersebut, studi dari Dr. Brad Klontz dan Dr. Ted Klontz. mengembangkan konsep pola pikir uang. Hal ini adalah keyakinan bawah sadar tentang uang, sering kali berakar pada masa kanak-kanak, yang mempengaruhi perilaku dan perspektif orang dewasa.
Klontz bersaudara mencirikan empat jenis utama pola pikir uang, atau sudut pandang, yang dimiliki orang terhadap uang.
Hal tersebut yakni penghindaran uang, pemujaan uang, status uang, dan kewaspadaan uang. Mereka menyimpulkan bahwa pemikiran dan sifat dari setiap jenis naskah uang mendorong dan mendikte bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap peristiwa yang melibatkan uang.
Contohnya selama masa kanak-kanak, seseorang di keluarga memiliki kekayaan yang signifikan dan hobi belanja terus menerus. Orang itu mungkin merasa bahwa memiliki banyak uang mengarah pada gaya hidup yang tidak sehat.
Kemungkinan besar akan memiliki pola pikir penghindaran uang. Hal ini dapat menyebabkan kebiasaan seperti pengeluaran berlebihan atau tidak menetapkan tujuan tabungan, yang akan mempersulit pencapaian tujuan keuangan jangka panjang.
Satu contoh lagi, seseorang yang keluarganya mengalami kebangkrutan, sebagai seorang anak mungkin memiliki pola pikir kewaspadaan uang dan menunjukkan kecemasan yang ekstrim dalam membelanjakan uang.
Orang ini mungkin memiliki toleransi risiko rendah dan kecenderungan untuk mengubah rencana keuangannya setiap kali pasar turun.
Memang seringkali banyak yang tidak menyadari soal pola pikir mengenai uang yang dibawa dari masa lalu. Kamu bisa mulai dari memahami kondisi saat ini sehingga juga dapat mempengaruhi keputusan membelanjakan uang.
Contohnya adalah mengetahui dirimu boros atau tidak dari membuat laporan arus kas rutin tiap bulan. Dari informasi tersebut bisa berbuah perencanaan untuk mencapai tujuan finansial di masa depan.
Misalnya kamu terlalu boros, mulai rem pengeluaran sehingga perilaku akan berubah. Akhirnya ada ruang untuk menabung atau investasi yang menguntungkan.
Jadi, mengenali diri sendiri sangat penting agar dapat mengetahui pola pikir terhadap uang. Sehingga bisa menyelamatkan cita-cita finansial di masa depan.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Duit Cepet Kumpul? Ini Tips Nabung Ala Orang Jepang