Biar Tak Suram! Nih Cara Cari Uang Tambahan di Tengah Resesi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran Presiden Joko Widodo terhadap kondisi perekonomian dunia pada 2023 masih tinggi saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Di hadapan para kepala negara yang tergabung dalam forum G20, ia bahkan tak segan mengatakan bisa-bisa tahun depan akan semakin suram.
Menghadapi ancaman tahun depan itu, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan masyarakat supaya kondisi keuangannya tak ikut-ikutan suram. Cara ini langsung dibagikan perencana keuangan senior sekaligus Presiden International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia, Aidil Akbar Madjid,
"Banyak sekali pekerjaan-pekerjaan sampingan yang bisa dilakukan di luar jam kerja, bisa bisnis atau usaha untuk mendapat dana tambahan," kata Aidil saat dihubungi, Kamis (18/11/2022).
Aidil menjelaskan sebetulnya banyak cara untuk menjaga pendapatan di tengah kondisi ekonomi yang suram. Salah satunya dengan menggencarkan usaha dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki, mulai dari hal-hal yang sederhana.
"Dimulai dari hobby dulu, keterampilan. Misal yang bisa gambar, ada yang butuh, kan bisa dapat income jadinya. Lumayan kan kalau ada tambahan, misal Rp 1 juta," ucap Aidil.
Kendati begitu, Aidil mengingatkan, saat baru memulai usaha jangan dibiasakan untuk mematok tarif jasa atau barang yang diproduksi dengan angka yang tinggi. Tingginya harga yang dipatok di awal menurutnya hanya akan membuat pembeli kabur dari awal.
"Jangan pasang harga mahal dulu. Kalau belum ada marketnya yang penting ada penghasilan tambahan dulu, Rp500 ribu, Rp1 juta. Kalau udah pasang harga mahal dulu orang udah males," tuturnya.
Selain itu, juga masih ada berbagai instrumen investasi yang menarik untuk dijadikan sumber pendapatan sampingan. Tapi, Aidil menekankan, jangan terlalu terpengaruh dengan naik turunnya harga instrumen investasi yang diinginkan, melainkan dengan melihat profil risiko sendiri.
Jika profil risiko konservatif, maka menurut dia, masyarakat bisa menginvestasikan dana yang dimiliki pada instrumen-instrumen seperti produk-produk perbankan, tabungan, deposito, reksadana pasar uang, hingga emas.
Namun, bila profil risikonya agresif, maka instrumen investasi yang bisa dimasukkan adalah di pasar saham hingga bursa kripto. Meski trennya kerap kali bertengger di zona merah saat ini, menurutnya kedua instrumen itu bisa diandalkan untuk kepentingan jangka panjang.
"Kalau profil risikonya agresif itu instrumen yang sekarang lagi mines malah menarik kayak saham, bahkan kripto sekalipun menarik. Karena kan lagi minus, itu kan bisa buat jangka panjang," ucap Aidil.
(mij/mij)