Bukan Biar Cepat Kaya, Ini Investasi Kata Raditya Dika

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Senin, 11/07/2022 15:54 WIB
Foto: Kelas Cuan CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren investasi dalam dua tahun terakhir terus meningkat, sekitar 60% investor milenial ikut meramaikan pasar modal. Berdasarkan laporan dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga April 2022 terdapat sekitar 8,62 juta investor pasar modal di Indonesia.

Investasi seringnya dipilih untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan. Content Creator Raditya Dika mengungkapkan investasi baginya bukan untuk mencari kekayaan dengan cepat, melainkan demi memenuhi tujuan keuangan.

"Jadi penting dipahami. Kalau kaya bisa dari kerja, membuat nilai supaya bisa ditukar. Celakanya, banyak teman-teman merasa bahwa investasi, beli aset, untuk kaya dengan cepat," ungkap dia dalam Kelas Cuan Bersama LPS yang ditayangkan CNBC Indonesia, Senin (11/7/2022).


Dalam berinvestasi, Radit mengimbau investor untuk terlebih dahulu menyiapkan dana darurat. Dana darurat tersebut bisa disimpan baik di tabungan maupun di reksa dana.

"Saya punya dana darurat di reksa dana walaupun tidak banyak. Yang jadi garis bawah, kita harus punya dana darurat dulu, ketimbang masuk ke saham atau reksa dana saham atau aset lain yang hits, kripto, NFT," ujar dia.

Dia pun menerapkan porsi tabungan hanya untuk kebutuhan hidup selama 3-4 bulan mendatang. Sementara itu, untuk kebutuhan lain liburan, disimpan di instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan jangka pendek, sedangkan instrumen investasi jangka panjang untuk kebutuhan seperti dana pendidikan.

"Komposisi tabungan, sesedikit mungkin di tabungan. Hanya hidup 3 sampai 4 bulan di tabungan. Sisanya kalau ada reksa dana masuk ke sana atau saham individual bagus taruh di sana. Tapi kalau tabungan enggak banyak," tegas Radit.

Lebih lanjut, dalam memilih instrumen investasi yang tepat, Radit menekankan para investor harus memahami profil risiko masing-masing. Di mana dia mengaku tidak tertarik berinvestasi di kripto atau NFT karena tidak sesuai dengan profil risikonya.

"Karena volatilitas tinggi dan tidak sesuai selera. Jadi aku hanya investasi di instrumen yang aku pahami. Nah, kelas aset baru ini kita tidak cocok. Jadi pahami investasi yang sesuai profil risikonya," pungkas dia.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kelas Cuan Goes to Campus: Investasi Aman Untuk Masa Depan