Simak! Tips & Trik Investasi dari Pengelola Utang RI

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Kamis, 16/06/2022 12:15 WIB
Foto: Demi Katahanan Ekonomi Akses ke SBN Ritel Diperluas

Jakarta, CNBC Indonesia - Minat investasi masyarakat Indonesia kian meningkat di kala pandemi Covid-19 melanda. Pun begitu, masyarakat harus bisa mengenal fitur karakteristik dari instrumen investasi sebelum mengambil keputusan berinvestasi agar tidak mengalami kerugian yang signifikan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman mengatakan dalam berinvestasi, investor harus menerapkan rumus 2R dan 2L. 2R diartikan sebagai Return dan Risk.


"Kalau dengan return yang tinggi itu ada juga diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Jadi itulah dua sisi mata koin yang harus kita lihat. Kita harus lihat return-nya tapi jangan lupa ada resikonya, itu harus kita pertimbangkan," ujar Luky kepada CNBC Indonesia baru-baru ini.

Luky menambahkan, meski minat atau risk appetite setiap orang berbeda-beda, namun yang terpenting adalah masing-masing individu harus mengerti produk investasi yang akan dibeli atau akan di digunakan mereka.

Lebih lanjut ada juga 2L yang dapat diartikan instrumen investasi tersebut harus Logic dan Legal. Investor harus memahami betul-betul apakah keuntungan yang ditawarkan logis atau masuk akal, karena biasanya banyak instrumen investasi menawarkan keuntungan berlebih. Kemudian investor juga harus paham apakah investasi tersebut memiliki perlindungan hukum atau tidak.

"Jadi kalau ada yang ditawarkan Wah ini bisa DP 50% setahun, bisa 10% sebulan, logis nggak? itu kan itu diimbangi dengan L kedua, legal apa nggak? Kalau ada apa-apa kalau legal itu kan kita ada perlindungan hukum perlindungan konsumennya. Kalau nggak ada ya itu akhirnya itu disebut investasi bodong," jelas Luky.

Luky menuturkan, dengan menerapkan rumus tersebut, investor bisa menyesuaikan tujuan investasinya. Contohnya investasi untuk kebutuhan jangka pendek, untuk darurat, untuk membeli rumah dan sebagainya.

"Fenomena tersebut akhirnya terefleksi dalam bentuk minat investasi yang justru bertambah di dalam masa pandemi ini dan juga terefleksi dalam peningkatan minat untuk pembelian SBN ritel kita," tutup Luky.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Simak! Strategi Investasi Saat Pasar Saham "Digoyang" Trump