
Harga Emas Pegadaian Turun Nih Bund, Borong Gak?

Emas dunia tampaknya masih belum berhasil keluar dari tekanan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang agresif dalam menaikkan suku bunga. Pada perdagangan Rabu, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.815,61 per troy ons. Menguat tipis 0,05%.
Meskipun kemarin menguat tipis, namun kinerja dalam sebulan longsor 4,19% sementara dalam setahun turun 0,62%.
Menguatnya harga emas kemarin dipengaruhi oleh pelemahan yield surat utang pemerintah AS. Yield untuk surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun turun 1,04% menjadi 2,88% dari sebelumnya 2,99%.
Yield yang terus meningkat akan mengurangi daya tarik emas karena emas tidak menawarkan imbal hasil. Sebaliknya, yield yang melemah akan membantu pergerakan emas. Situasi perang Rusia-Ukraina juga belum membaik bahkan pembicaraan damai kedua negara menguap.
Navneet Damani dari Motilal Oswal Financial Services mengatakan harga emas masih bertahan di atas US$ 1.800 di tengah berbagai gempuran faktor negatif yang menghambat pergerakannya. Kondisi tersebut membuktikan bahwa emas masih dicari.
"Meskipun harga emas mengalami tekanan kuat, emas masih mampu bergerak di atas level US$ 1.800. Namun, emas bisa bergerak melemah ke kisaran US$ 1.775-1.840 jika data-data inflasi di Inggris dan negara lain melonjak," tutur Navneet, seperti dikutip Financialexpress.com.
Ilya Spivak dari DailyFX mengingatkan pergerakan emas masih terancam melemah, terutama melihat ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed secara agresif.
Terlebih, Chairman The Fed Jerome Powell, Selasa (17/5), kembali menegaskan komitmennya untuk menekan inflasi yang terus melonjak.
Inflasi AS menembus 8,3% (year on year/YoY) di April 2022. Level tersebut memang lebih rendah dibandingkan Maret 2022 (8,5%) tetapi tetap masih berkutat di kisaran tertingginya selama 40 tahun terakhir.
"Pergerakan emas saat ini sangat dipengaruhi oleh suku bunga AS dan outlook kebijakan moneter di tingkat global, termasuk The Fed," tutur Ilya, kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)[Gambas:Video CNBC]