Mau Emas Pegadaian? Masih Ada yang di Bawah Sejuta Lho...

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
09 May 2022 06:46
Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan di PT Pegadaian terpantau stabil pada awal pekan hari ini, Senin (9/5/2022), di tengah tren pelemahan harga emas acuan dunia pada pekan lalu. Beberapa jenis emas di Pegadaian masih dibanderol di bawah Rp 1 juta yaitu Antam Retro dan UBS.

Hal tersebut kemudian berpengaruh terhadap harga emas Pegadaian yang cenderung turun sepanjang pekan lalu. Sekadar informasi, Pegadaian menjual berbagai jenis emas yaitu Emas Antam, Antam Retro, Antam Batik, dan UBS. Ukurannya pun beragam mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Emas Antam tersedia mulai ukuran/satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Sementara itu, emas Antam retro 1 gram dibanderol Rp 973.000 per gram.

Emas Antam retro adalah emas kemasan lama di mana keping emas dan sertifikatnya terpisah. Emas Antam retro kali terakhir diproduksi pada 2018, dan tersedia mulai satuan 0,5 gram hingga 100 gram.

Pegadaian juga menawarkan emas Antam batik yang merupakan jenis emas Antam berharga termahal yang dijual dengan satuan 0,5 gram, 1 gram dan 8 gram.

Terakhir, harga emas UBS yang dikeluarkan PT Untung Bersama Sejahtera berat 1 gram dijual dengan harga Rp 978.000. Emas UBS yang tersedia lengkap mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Satuan

Harga ANTM Hari Ini

Harga Antam Retro

Harga Antam Batik

Harga UBS

0.5

Rp 559,000

Rp 520,000

Rp 632,000

Rp 522,000

1

Rp 1,014,000

Rp 973,000

Rp 1,170,000

Rp 978,000

1.06

1.5

2

Rp 1,964,000

Rp 1,926,000

Rp 1,940,000

2,5

2.13

3

Rp 2,921,000

Rp 2,861,000

4

4.25

5

Rp 4,831,000

Rp 4,755,000

Rp 4,792,000

8

Rp 8,852,000

10

Rp 9,606,000

Rp 9,451,000

Rp 9,533,000

20

25

Rp 23,882,000

Rp 23,492,000

Rp 23,786,000

50

Rp 47,680,000

Rp 46,898,000

Rp 47,472,000

100

Rp 95,278,000

Rp 93,713,000

Rp 94,906,000

250

Rp 237,919,000

Rp 234,000,000

Rp 237,194,000

500

Rp 475,621,000

Rp 467,775,000

Rp 473,827,000

1000

Rp 951,198,000

Rp 935,505,000

Rp 946,630,000

Harga emas dunia bergerak melemah sepanjang pekan ini dan menandai penurunannya selama tiga pekan beruntun. Melansir Refinitiv, pada perdagangan Jumat (6/5/2022), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.882,956/troy ons. Naik tipis 0,33% dibandingkan dengan posisi penutupan sehari sebelumnya.

Dengan begitu, secara mingguan, harga emas masih drop 0,71% dan anjlok 2,55% secara bulanan. Namun, harga emas dunia berhasil menguat secara tahunan sebanyak 2,87%.

Pelemahan harga emas dipengaruhi menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh level tertingginya sejak dua dekade. Akhir peka lalu, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002, kemudian kembali jatuh ke level 103,64.

Hal tersebut ditopang oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis pekan lalu waktu Indonesia. Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.

Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 2018 di 3,106% pada perdagangan akhir pekan lalu, sebelum akhirnya kembali menurun ke 3,04% pada perdagangan sore hari waktu setempat. Hal serupa terjadi pada yield obligasi tenor 30 tahun yang naik 12 basis poin ke 3,126%.

Wajar saja jika emas menjadi kurang menarik, pasalnya emas tidak menawarkan imbal hasil, tidak seperti, katakanlah, obligasi. Oleh karena itu, si logam kuning ini cenderung tidak diminati investor ketika suku bunga naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sejalan dengan Tren Dunia, Harga Emas Pegadaian Kompak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular