Bunda, Yuk Simak Harga Emas Pegadaian Hari Ini...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
07 May 2022 10:15
emas
Foto: REUTERS/Issei Kato

Meskipun harga emas dunia pada perdagangan Jumat (6/5) terpantau menguat, tapi secara mingguan, harga emas masih drop 0,71% dan anjlok 2,55% secara bulanan.

Pergerakan tersebut terjadi seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh level tertingginya sejak dua dekade.

Pada Jumat (6/5), dolar AS menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002, kemudian kembali jatuh ke level 103,64.

Hal tersebut ditopang oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis (5/5) dini hari waktu Indonesia.

Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.

Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 2018 di 3,106% pada perdagangan Jumat (6/5), sebelum akhirnya kembali menurun ke 3,04% pada perdagangan sore hari waktu setempat. Hal serupa terjadi pada yield obligasi tenor 30 tahun yang naik 12 basis poin ke 3,126%.

Wajar saja jika emas menjadi kurang menarik, pasalnya emas tidak menawarkan imbal hasil, tidak seperti, katakanlah, obligasi. Karena itu, si logam kuning ini cenderung tidak diminati investor ketika suku bunga naik.

Bagaimana tren ke depan?

Namun, analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone dalam outlook bulan Mei memprediksikan harga emas naik. Dalam outlook-nya dia menunjukkan harga komoditas akan bergerak dengan volatilitas sangat tinggi, dan emas salah satu komoditas yang diuntungkan.

"Komoditas akan bergerak sangat volatil di tahun ini, seperti pada 2008, perkembangan tersebut akan membuat emas bersinar," kata McGlone sebagaimana dilansir dari Kitco, Rabu (4/5/2022).

"Dalam 10 tahun terakhir indeks komoditas mengalami kenaikan 50%, sedangkan indeks harga produsen naik 30%. Kenaikan tersebut akan menyusut karena dunia menghadapi potensi resesi dan The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga bertepatan dengan puncak inflasi," tambahnya.

McGlone melihat harga emas akan melesat kembali ke atas US$ 2.000/troy ons saat pelaku pasar mulai melihat akhir dari era kenaikan suku bunga The Fed.

"Titik terendah harga emas saat ini sekitar US$ 1.800/troy ons, dengan resisten kunci di US4 2.000/troy ons. Cuma masalah waktu sebelum emas diperdagangkan di atas resisten tersebut," tambah McGlone.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular