
Utang Emiten Konstruksi Gede, Beli Sahamnya atau Tunggu Dulu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang emiten-emiten konstruksi di Indonesia, terutama perusahaan BUMN dikatakan terlalu besar. Dengan adanya kebijakan pembatasan kegiatan selama Covid-19, seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, tidak sedikit membuat investor ragu untuk mengoleksi saham sektor ini.
Restu Pamungkas, Analis Riset Ekuitas PT Panin Sekuritas Tbk (PANS), mengatakan emiten konstruksi memang jadi emiten yang paling berdampak atas kebijakan Covid-19.
Apalagi dengan ekspansi dan proyek-proyek besar sebelum pandemi, perusahaan di sektor ini punya pendanaan cukup besar dari perbankan hingga obligasi.
"Namun pemerintah juga sudah memberikan solusi untuk emiten konstruksi dengan adanya Indonesia Investment Authority [INA, dana abadi negara]," kata Restu dalam program Investime CNBC Indonesia, Jumat (17/9/2021).
"Artinya investor bisa masuk untuk membiayai proyek-proyek mereka [lewat INA]. Menurut kami, dengan adanya hal itu menjadi sentimen positif untuk emiten-emiten konstruksi," tambahnya.
Berbicara soal utang besar pada emiten-emiten konstruksi, Restu mengatakan hal ini tergantung sisi aksi korporasinya, sehingga tetap sahamnya masih menarik investor untuk berinvestasi.
"Waskita [WSKT] misalnya itu utangnya paling besar di antara emiten konstruksi lain, tapi kemarin Waskita melakukan divestasi anak perusahaan mereka, dengan tujuan untuk melakukan penyehatan dari sisi neraca Waskita sendiri," paparnya.
Restu juga mengatakan Waskita juga sudah berhasil restrukturisasi utang kepada bank-bank yang mereka punya untuk melakukan penyehatan kepada neraca keuangan perusahaan.
"Ini balik lagi bagaimana aksi perusahaan emiten-emiten konstruksi itu sendiri untuk melakukan penyehatan dari sisi keuangannya," katanya.
"Apabila itu berhasil, ini nantinya akan menjadi nilai positif dari kinerja emiten itu sendiri ke depannya."
Pada Senin (20/9), dalam pernyataan resminya, manajemen Waskita Karya menyatakan sebanyak 21 bank telah sepakat untuk merestrukturisasi utang perusahaan.
Upaya restrukturisasi ini dengan memberikan keringanan berupa perpanjangan tenor hingga lima tahun ke depan dengan tingkat bunga yang kompetitif.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan total outstanding utang yang sepakat untuk direstrukturisasi mencapai Rp 29,2 triliun atau telah mencapai 100%.
Restrukturisasi ini merupakan bagian dari transformasi bisnis yang tertuang dalam 8 Stream Penyehatan Keuangan Waskita.
Sementara itu, data BEI mencatat, pada penutupan perdagangan Senin (20/9), saham konstruksi 'babak belur' di antaranya PT Adhi Karya Tbk (ADHI) -2,27%, PT PP Tbk (PTPP) -2,38%, WSKT -3,59%, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) -2,06%, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) -2,74%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Proyek Jalan Lagi, Saatnya Borong Saham Konstruksi?
