InvesTime

Saham Bank Mini & Tech Lagi Hype, Cuma Euforia Sesaat?

My Money - Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
13 September 2021 16:15
A man takes pictures inside the Indonesia Stock Exchange building in Jakarta, Indonesia, September 6, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan Foto: Seorang pria mengambil gambar di dalam gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta (Reuters/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini, saham-saham di sektor teknologi dan bank-bank mini menjadi salah satu yang cukup hype dan diburu investor di pasar modal Tanah Air. 

Nico Laurens, Head of Research PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) mengatakan bahwa bagi para investor yang ingin berinvestasi di kedua sektor tersebut perlu mencermati dengan baik.

Menurut dia, dilihat dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara fundamental sektor teknologi saat ini belum ada yang cukup kuat.

Sedangkan, untuk saham-saham bank mini atau bank dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun yang cukup banyak dilirik investor dalam beberapa bulan terakhir belum mendapatkan katalis baru.

"Market selalu beli dari ekspektasi jadi sifatnya lagi hype. Tren saham-saham teknologi di Indonesia musiman aja," ujar Nico pada acara InvesTime CNBC Indonesia, belum lama ini.

Lebih lanjut, ia mengatakan kenaikan saham yang terjadi di beberapa bank mini saat ini lebih didominasi oleh sentimen bank digital dan aksi korporasi, terutama penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Meski demikian, investor juga bisa mengatur porsi portofolio di kedua sektor ini agar tidak terlalu besar, sehingga saat terjadi kerugian akibat penurunan harga saham, investor tidak rugi besar.

Sebelumnya, euforia juga pernah terjadi pada saham emiten farmasi saat masuknya vaksin di Indonesia. Bahkan kenaikan yang terjadi itu membuat beberapa emiten farmasi terkena auto rejection (batas kenaikan yang dibolehkan sistem di BEI) di akhir perdagangan saat itu.

Kenaikan yang terjadi pada saham sektor farmasi disebabkan saham sektor ini mendapatkan momentum jangka pendek.

"Farmasi di tahun lalu naik signifikan padahal belum terlihat di fundamental," kata Nico.

"Kalau kita lihat vaksin kelihatan baru di kuartal 1 2021. Ekspektasi di situ ibaratnya investor akan buat punishment untuk suatu saham. Misal mereka punya ekspektasi realisasi beda. Kita lihat transparansi untuk company yang related ke farmasi, dari sisi earnings [laba] enggak yang signifikan banget," papar Nico.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jurus Jitu Hadapi 'Jebakan Batman' Saham Bank Mini


(tas/tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading