InvesTime

Saham Blue Chip Melorot Terus, Kapan nih Bisa Masuk?

My Money - Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 August 2021 18:20
saham bursa efek indonesia sekuritas mansek bei di Mandiri Sekuritas Foto: Ilustrasi Sekuritas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dengan kategori blue chip alias unggulan di pasar modal Indonesia masih terus mengalami penurunan di tengah pembatasan yang masih dilakukan pemerintah lewat mekanisme Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa-Bali sampai 9 Agustus 2021.

Lazimnya, saham blue chip dikenal sebagai saham perusahaan yang mature, diakui secara nasional, konsisten mencetak laba, sehat secara keuangan, dan punya produk atau layanan berkualitas tinggi.

Saham-saham ini juga biasanya masuk dalam konstituen Indeks LQ45, indeks yang berisi 45 saham paling likuid dengan fundamental baik.

Lantas, di tengah kondisi ketidakpastian ini kira-kira kapan investor bisa masuk ke saham blue chip?

Yosua Zisokhi, Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia dalam program InvesTime CNBC Indonesia, Senin malam, (03/08/2021) menyampaikan bagi investor jangka panjang, memilih saham-saham blue chip saat ini sudah pas lantaran harganya termasuk sangat murah (undervalued).

"Menurut saya investor long term atau jangka panjang level-level saat ini sudah bukan lumayan lagi, sangat murah," kata Yosua.

Salah satu sektor yang menarik adalah perbankan dan sektor barang konsumsi (consumer goods). Sektor ini menjadi pilihan kesempatan bagi investor untuk mengoleksi sahamnya lebih banyak.

"Khususnya bank dan consumer goods ini jadi pilihan sekarang untuk dapatkan lot [1 lot berisi isi 100 saham] lebih banyak," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan untuk investor jangka pendek atau trader, saat ini saham big cap atau saham dengan kapitalisasi pasar besar di atas Rp 100 triliun, masih terkesan belum menarik karena kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum terlalu tinggi.

"Investor asing lihat Indonesia IHSG-nya. Kalau IHSG naik, investor asing dibeli lokomotifnya yakni big cap-nya," dia memaparkan.

Ketika Indonesia nantinya sudah pulih dan tidak lagi menerapkan PPKM, maka ekonomi mestinya pulih dan saham-saham big cap ini akan menjadi motor perekonomian. "Mestinya IHSG kita akan kembali mengalami kenaikan," katanya.

"Mereka akan lari [investor melirik] ke big cap ini. Masih ditunggu ketika Indonesia pulih, PPKM selesai dan wabah selesai ekonomi membaik," ujarnya.

Data BEI mencatat, IHSG ditutup naik 0,56% di 6.130 pada penutupan perdagangan Selasa (3/8/2021) dengan kenaikan dalam 3 bulan terakhir sebesar 2,78% dan year to date naik 2,53%.

Khusus saham big cap, sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI), Laksono Widodo juga menilai saat ini saham-saham big caps dan masuk dalam indeks LQ45 harganya sudah undervalued atau relatif murah, sehingga menarik investor untuk masuk.

Selain itu, mulai ada tren kenaikan saham tipe ini lantaran didorong kenaikan di bursa saham global seperti indeks Dow Jones di AS.

"Dengan naiknya indeks di pasar luar negeri, banyak yang melihat bahwa big caps di Indonesia sudah dinilai undervalued atau relatif murah. LQ45 dan IDX30 juga ketinggalan cukup jauh dari IHSG sehingga membuat big cap companies semakin menarik dari sisi valuasi," kata Laksono, kepada awak media, Jumat (23/7/2021).


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Investor Ritel Beralih ke Small Cap, Masih Oke Lirik LQ45?


(tas/tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading