
Covid-19 Meledak, Ini Kata Analis Dampak ke Saham Ritel

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus virus corona yang kian meningkat di Indonesia membuat pemerintah mengambil langkah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro.
Analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika mengatakan jika pemberlakuan PPKM kembali membuat dampak negatif terhadap saham ritel.
"Kalau kita lihat ini sangat memberikan sentimen negatif untuk semua bisnis ritel. Ini membuat masyarakat cenderung untuk lebih menyimpang uang dibandingkan untuk membelanjakannya, kecuali untuk belanja kebutuhan pokoknya," Kata Putu dalam program Investime CNBC Indonesia pada Senin (28/6/2021).
Selain itu, kata Putu, pusat perbelanjaan yang memiliki penyewa juga terkena dampak karena adanya pembatasan jam operasional. "Ini tentu mempengaruhi traffic kunjungan terhadap tenant-tenant tersebut. Secara keseluruhan ini cukup menjadi sentimen pemberat untuk ritel, sama seperti dengan tahun lalu," ujarnya.
Putu mengatakan revisi jam operasional pusat perbelanjaan, yang akan ditutup jam 5 sore dari semula jam 8 malam, juga semakin memperburuknya.
"Karena jam operasionalnya hanya sebentar, jadi masyarakat kemungkinan akan menjadi cukup malas untuk pergi ke luar rumah. Memang tujuan (revisi jam operasional pusat perbelanjaan) untuk seperti itu. Otomatis ini akan berdampak sekali terhadap prospek emiten ritel," katanya.
Sentimen negatif juga sempat muncul saat pemerintah mengetatkan aturan dine in atau makan di tempat.
"Waktu itu sempat tidak boleh ada dine in. Hal ini juga memberikan sentimen negatif sekali untuk masyarakat. Jadi sebenarnya pembatasan jam operasional sangat memberatkan bisnis dari emiten ritel, terutama yang memiliki penyewa di dalam pusat perbelanjaan," paparnya.
Menurut Putu, PPKM ini juga berdampak pada pendapatan dan kondisi keuangan atau likuiditas keuangan dari beberapa emiten ritel, terutama yang memiliki penyewa.
Namun ini tidak berlaku bagi beberapa emiten yang menjual kebutuhan pokok atau penjualan gadget. "Tapi kalau kita lihat bisnis modelnya, kalau demandnya untuk kebutuhan pokok atau penjualan handphone yang memang sedang dibutuhkan pada era ini, sebenarnya ini tidak terpengaruh dengan adanya kebijakan PPKM," katanya.
"Misalnya bisnis itu juga memiliki pelayanan berbasis digital, walaupun secara penjualan offline menurun, tapi biasanya penjualan secara digital dapat dikatakan memiliki pertumbuhan yang cukup baik, dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan offline," pungkasnya.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pilih-pilih Sektor di Februari, Saham Mana yang Oke?