InvesTime

Waswas 'Ledakan' Covid, Masih Bisa Cuan di Saham-saham Ini?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 June 2021 14:40
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan kekhawatiran kepada pasar saham. Kekhawatiran ini tampak dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG bergerak di zona merah, minus 0,23% di level 6.075 pada awal sesi II, Rabu ini (23/6). Dalam 3 bulan terakhir indeks acuan pasar saham RI ini masih koreksi 3,75%, kendati sebulan naik 5% dan year to date naik 1,54%.

Sejumlah sektor yang bisnisnya terimbas pandemi pun berpotensi besar bakal menggoyang IHSG, terutama saham-saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun alias big cap.

Selain 'ledakan' kasus Covid-19 di RI, sentimen luar negeri yang membayangi kejatuhan IHSG ialah kabar bank sentral Amerika Serikat, the Fed yang memiliki rencana untuk tapering alias pengurangan pembelian aset obligasi.

Langkah tapering sebelumnya sudah terjadi pada 2013 silam, kala itu terasa dampak besar terhadap rupiah dan IHSG. Jadi bukan tidak mungkin, rencana tersebut juga berdampak pada rencana yang akan datang bagi pasar saham Indonesia.

Sebab itu, Analis PT Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai penting bagi investor untuk memperbesar alokasi di saham-saham defensif seperti emiten konsumer dan telekomunikasi.

Sebagai catatan BEI, emiten konsumer dengan kapitalisasi besar di antaranya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan Grup Indofood (Indofood Sukses Makmur/INDF dan Indofood CBP Sukses Makmur/ICBP), sementara telekomunikasi dengan market cap besar yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

"Yang memang masih ingin alokasikan di saham secara besar sudah mulai parsial, atau memperbesar alokasi saham-saham defensif seperti consumer good, atau telco tapi ngga semua," kata Muhammad Wafi dalam Investime dikutip, Rabu (23/6/21).

Pemilihan kedua sektor saham itu karena dinilai masih bisa bertahan di tengah goncangan pandemi Covid-19. Masyarakat terus masuk ke sektor consumer good maupun telekomunikasi setiap harinya.

Namun, dalam kaitannya dengan tapering, perlu melihat kinerja dari masing-masing emiten saham, mulai dari strategi korporasi hingga kemampuan keuangannya.

"Perlu dilihat masing-masing emiten, mana yang eksposur ke mata uang dolar AS relatif rendah, terutama liabilitas atau beban yang mata uang dolar AS cukup dikit karena mengantisipasi pelemahan rupiah, jadi bahkan kalau bisa US$ free," jelas Wafi.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular