InvesTime

Saham Tech Ngacir Gegara GoTo, Waspada Euforia Sesaat!

rahajeng kusumo, CNBC Indonesia
25 May 2021 15:40
Gojek dan Tokopedia Bentuk GoTo (Dok. GoTo)
Foto: Gojek dan Tokopedia Bentuk GoTo (Dok. GoTo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar rencana dual listing (pencatatan saham di dua bursa) dari GoTo, entitas gabungan raksasa teknologi Gojek dan Tokopedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sentimen positif bagi saham-saham teknologi yang sudah tercatat lebih dahulu.

Meski belum terealisasi, manajemen GoTo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia menegaskan target penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dibidik tahun ini, salah satunya di BEI dan satu bursa utama dunia lainnya kendati tidak disebutkan.

Menanggapi rencana dua listing ini, Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan memang kenaikan yang terjadi pada indeks saham teknologi terlalu cepat merespons sentimen positif GoTo.

Hanya saja, dia mengkhawatirkan kenaikan indeks tech di pasar modal hanya euforia semata. Menurutnya saham-saham teknologi pada akhirnya harus masuk ke sektor riil untuk mempertahankan bisnisnya, sehingga bisa menyesuaikan bisnis dengan pasar.

"Nanti kalau sudah naik terlalu tinggi euforianya akan berakhir, harus sesuai ekspektasi. Merger perusahaan digital selama ini kan mereka bakar uang, ada satu titik investor akan minta uangnya balik. Bagaimana caranya mengembalikan adalah IPO, jika hanya IPO dan tidak punya model bisnis lain akan berat buat mereka," kata Kiswoyo dalam Investime, Senin (24/05/2021).


"Ini [kenaikan saham teknologi] nanti akan ada masanya, kita euforia kita ikuti saja sambil waspada," kata dia.

Salah satu pertimbangan investor dalam memilih emiten menurutnya adalah potensi dividen dari laba bersih. Dengan begitu, jika perusahaan teknologi tidak bisa memberikan dividen, maka investor akan kembali memilih bisnis yang konvensional.

Kiswoyo mengatakan untuk emiten saham teknologi sulit untuk analisis fundamental atau pun menghitung valuasi, sehingga yang bisa digunakan adalah analisis teknikal.

Untuk itu dia menyarankan untuk investor jangka panjang sebaiknya tidak menempatkan dananya terlalu besar pada saham teknologi.

"Kalau berbalik arah dan tidak cutloss [memangkas kerugian dengan menjual di harga bawah] harganya bisa turun dalam dan tidur di bawah. Kalau terjadi kita tidak bisa keluar. Banyak saham-saham yang tidur di Rp 50/saham jangan sampai saham kita kaya gitu," kata Kiswoyo.

Dia menilai saham teknologi banyak melesat karena investor membeli saham ini sekaligus dan memanfaatkan momentum tertentu. Biasanya kondisi ini berbeda dengan saham-saham blue chip yang kenaikannya sedikit lambat karena biasanya investor, terutama investor asing masuk sedikit demi sedikit.

"Sebetulnya kalau investor asing, biasanya akan mengacu pada fundamentalnya. Kebanyakan asing yang masuk Indonesia bukan yang suka membeli saham Tesla, mereka akan mencari backbone fundamental," ujarnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Ada GoTo, Dominasi Saham Bank Bakal Disalip Tech?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular