Harga Emas Sedang Goyah, Bagaimana Harga Saham Produsennya?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
22 March 2021 10:15
Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas yang berlebihan di pasar keuangan dunia membuat harga komoditas di pasar global ikut terangkat. Salah satu komoditas yang masih mengalami tren menguat adalah emas. 

Salah satu yang membuat likuiditas di pasar keuangan banjir adalah, kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang stimulus dalam jumlah yang sangat besar, terakhir nilainya mencapai US$ 1,9 triliun. Jumlah dolar yang beredar di pasar akhirnya berlebihan, membuat mata uang ini mengalami tekanan.

Tekanan terhadap dolar AS ini, membuat investor melarikan sebagian dananya ke pasar komoditas, seperti emas. Ujung-ujungnya, ini ikut memperngaruhi ekspektasi investor domestik terhadap saham-saham yang menjadi produsen emas.

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya menyebutkan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), salah satu produsen emas, yang terpengaruh dengan pergerakan harga emas. Ia bankan mematok harga saham MDKA bisa ke level Rp 3.000/unit, saat ini harganya di level Rp 2.400

"Salah satu yang menghasilkan emas adalah MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk), dimana masih cukup pulih dengan kejadian seperti ini. MDKA ditargetkan di harga Rp 3000. Di harga cukup bagus di harga Rp 2.400-Rp 2.500, tapi perlu diperhatikan resisten cukup kuat di harga 2850-2890," kata Bernadus dalam tayangan InvestTime CNBC Indonesia, Kamis (18/3/2021).

Dia mengatakan secara valuasi, MDKA mencetak laba pada tahun 2020 dibandingkan 2019. Pada saat Indonesia dilanda pandemi tahun lalu, perusahaan itu menunjukkan performance cukup baik dibandingkan emiten lain.

Selain itu perusahaan juga punya potensi cukup baik terkait emas. Belum lama ini MDKA dikabarkan ekspansi ke berbagai tempat penambangan termasuk Banyuwangi.

Sementara itu dia memprediksi untuk emas berapa di harga antara US$1.850/ton-US$1900/ton.

Sejumlah perusahaan pertambangan batu bara juga diketahui melakukan shifting ke emas. Bernadus mengaku belum bisa melihat potensi jenis perusahaan ini.

Termasuk menurutnya belum diketahui apakah ada pengaruh emas dan lainnya pada bisnis utama dari perusahaan tersebut. Bernadus mengatakan kinerja dari emiten bisa berpengaruh secara fundamental.

"Masih harus wait and see terhadap dampak real time laporan keuangan," ungkapnya.

Di sisi lain, Bernadus juga mengatakan saham perminyakan masih sangat menarik di Indonesia. Terlebih dengan keadaan mobil listrik yang belum menari di tanah air.

Hal ini membuat mobil dengan bahan baku minyak bumi masih akan jadi pilihan menarik untuk masyarakat Indonesia. Selain itu juga 2021 juga ditandai dengan aktivitas masyarakat yang mulai normal dan kembali berkendara.

"Inipun akan menunjang dari emiten perminyakan. ELSA perlu perhari kan area support 380-394 titik bagus untuk beli dengan target Rp 408/saham. Resent pertama, kedua di Rp 424/saham selanjutnya Rp 450/saham," ujar Bernadus.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emas, Investasi Yang Jadi Buruan Saat Pandemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular