
Emas Antam Sepekan Naik 0,86%, Minggu Depan Bagaimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau yang dikenal dengan emas Antam naik pada perdagangan Sabtu (20/3/2021). Harga emas dunia yang menguat pada perdagangan Jumat, serta rupiah yang melemah membuat harga emas Antam naik 1%.
Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas ukuran atau satuan 1 gram dijual Rp 935.000/batang, naik 0,97%. Dalam sepekan, emas ini naik 0,86%.
Sementara emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 1,04% hari ini ke Rp 87.612.000/batang atau Rp 876.120/gram.
Harga emas dunia pada perdagangan Jumat kemarin menguat 0,48% ke US$ 1.744,74/troy ons. Sementara itu rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat ke Rp 14.400/US$.
Emas Batangan | Harga per Batang | Harga per Gram |
0,5 Gram | Rp 51.500 | Rp 103.000 |
1 Gram | Rp 934.000 | Rp 934.000 |
2 Gram | Rp 1.808.000 | Rp 904.000 |
3 Gram | Rp 2.687.000 | Rp 895.667 |
5 Gram | Rp 4.445.000 | Rp 889.000 |
10 Gram | Rp 8.835.000 | Rp 883.500 |
25 Gram | Rp 21.962.000 | Rp 878.480 |
50 Gram | Rp 43.845.000 | Rp 876.900 |
100 Gram | Rp 87.612.000 | Rp 876.120 |
250 Gram | Rp 218.765.000 | Rp 875.060 |
500 Gram | Rp 437.320.000 | Rp 874.640 |
1000 Gram | Rp 874.600.000 | Rp 874.600 |
Harga emas dunia dibanderol dengan dolar AS, ketika rupiah melemah maka harga emas akan menjadi lebih mahal saat dikonversi ke Mata Uang Garuda.
Harga emas di pekan ini mendapat tenaga menguat setelah bank sentral AS atau The Fed menegaskan tidak akan merubah kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Stimulus moneter merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menguat yang mengantarkannya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus tahun lalu.
Dan stimulus yang sama masih dipertahankan The Fed untuk jangka waktu yang cukup lama. Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (18/3/2021) dini hari waktu Indonesia, The Fed sekali lagi menegaskan belum akan mengubah kebijakannya dalam waktu dekat, artinya program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar masih dipertahankan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.
Meski demikian, kenaikan emas dunia terbilang mengecewakan, sebab hanya menguat 1% sepanjang pekan ini.
Pekan depan, harga emas dunia juga diprediksi masih bisa menguat tetapi perhatian tertuju pada yield obligasi (Treasury) yang terus menanjak.
Hasil survei yang dilakukan Kitco terhadap 13 analis di Wall Street menunjukkan 6 orang atau 46% memberikan outlook bullish (tren menguat), 4 orang memproyeksikan bearish (tren menurun) dan sisanya netral.
Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street, dari 1.698 partisipan sebanyak 65% memprediksi bullish, 21% bearish, dan 14% netral.
Salah satu penyebab melempemnya harga emas dunia di pekan ini adalah yield Treasury yang terus menanjak.
Kemarin yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 0,3 basis poin ke 1,7320%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.
Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.
Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ibu-ibu, Harga Emas Antam Sudah Drop 13% Lho, Beli?