
Harga Saham 'Murah Meriah', Apa Cerminan Emitennya Jelek?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten murah tidak menunjukkan kinerja emiten itu kurang baik. Hal itu karena masih banyak emiten yang memiliki fundamental bagus tapi masih masuk kategori harga saham murah atau harganya di bawah harga wajar.
Hal itu disampaikan Head of Online PT Ciptadana Sekuritas, Zabrina Raissa. Menurut dia, ada saham murah yang masuk dalam kategori Indeks LQ45 atau indeks saham berisi 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Beberapa saham murah atau harganya di bawah harga wajar di antaranya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Tapi Zabrina tidak menampik juga ada saham di luar LQ45 dengan harga di bawah Rp 1.000 tapi punya fundamental kinerja keuangan yang baik.
"Walaupun per hari ini SMRA sudah naik sedikit masuk ke kategori Rp 1.035. menurut saya ini menarik dan bisa jadi pilihan investor. Dari ketiga saham itu lagi bagus sentiment-nya, secara fundamental juga solid," kata Zabrina dalam Investime, Jumat (12/3/2021).
Pergerakan saham juga dipengaruhi sentimen di sektornya. Di luar Indeks LQ45, beberapa saham komoditas bisa menjadi pilihan. Menurut Zabrina seperti saham berbasis komoditas kelapa sawit seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) masih memiliki earning atau labanya positif dan murah harganya.
"Harga CPO lagi naik makannya saham komoditas jadi idaman investor juga, kebalikan justru beberapa saham consumer goods mulai ditinggalkan," jelas Zabrina.
Zabrina mengatakan sekarang investor mulai melakukan shifting ke sektor keluar dari consumer goods. Walaupun dikenal sektor defensif tapi belum ada lagi sentimen positif untuk menopang sektor ini, khususnya di masa daya beli masyarakat yang lagi menurun.
"Tapi kalau memang kriteria investor konservatif saham consumer goods turun dijadikan momen untuk akumulasi beli bertahap," jelas Zabrina.
Selain itu saham bank mini (bank-bank kecil dengan modal inti Rp 1-5 triliun) bisa diperhatikan melihat harga saham rata-rata masih di bawah Rp 1.000/saham. "Karena sebentar lagi pemerintah akan merilis aturan perbankan digital pada akhir semester I 2021. Berimbas tidak hanya pada bank yang punya atau mau masuk ke fasilitas bank online, juga perusahaan startup yang mulai melirik masuk pada bisnis ini."
Zabrina pun melihat dengan vaksinasi dan rilis laporan keuangan pada kuartal I tahun ini saham - saham dari sektor yang disebut bisa menorehkan hasil positif prediksinya. Contohnya seperti SMRA yang dari laporan marketing sales rumah pada Februari tengah menanjak.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pilih-pilih Sektor di Februari, Saham Mana yang Oke?