Buat Pemula, Saham di LQ45 Jadi Tempat Belajar Investasi

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 February 2021 11:52
Infografis: Anggota baru Indeks LQ45 Yang Masuk dan Yang Terdepak
Foto: Infografis/ Anggota baru Indeks LQ45 Yang Masuk dan Yang Terdepak /Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama pandemi Covid-19 ketertarikan masyarakat berinvestasi di pasar modal meningkat. Namun literasi investasi di pasar saham relatif masih belum memadai dan mayoritas investor baru masih belum menemukan cara terbaik memilih saham untuk investasi. 

Apalagi banyak istilah yang masih belum dipahami investor pemula. Misalnya, apa sebenarnya kegunaan indeks saham? Dan bagi investor ritel, khususnya pemula, indske Saham-saham apa aja sih yang cocok untuk pemula?

AVP Equity Analyst BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra menjelaskan untuk para investor pemula disarankan untuk mepelajari dan berinvestasi pada saham-saham di indeks LQ45.

Indeks LQ45 adalah Indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Terdiri dari 45 saham dari perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

Keuntungan investor membeli saham-saham LQ45, kata Maxi, bisa dengan leluasa membeli dan menjual saham kapanpun mereka menginginkannya. Karena, indeks saham di LQ45 memiliki likuiditas yang memadai.

Di luar saham-saham LQ45, lanjut Maxi biasanya nilai transaksi harian rata-rata hanya Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar dalam sehari. Sementara, saham-saham LQ45 biasanya ditransaksikan lebih dari Rp 100 miliar dalam sehari.

"Kalau (jual-beli) pada saham-saham yang tidak likuid, susah untuk melakukan jual-beli. Mungkin kita mau beli, tapi penawarannya sedikit dan saat kita mau menjual juga sedikit. Kalau dengan likuiditas yang memadai bisa lebih gampang. [...] Semantara LQ45 itu masih ada terus tiap hari transaksinya," kata Maxi dalam acara Invest Time CNBC Indonesia, dikutip Jumat (5/2/2021).

Maxi menyarankan, bagi investor pemula sebaiknya untuk memiliki saham dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, karena semakin banyak saham yang dibeli akan susah untuk melakukan pemantauan pergerakan sahamnya.

Maxi juga menyarankan untuk pemula bisa membeli indeks-indeks saham LQ45 pada sektor-sektor tertentu, yang prospeknya masih memadai. Misalnya saja perbankan, pertambangan, dan telekomunikasi.

"Mungkin kalau untuk pemula sedikit dulu aja, karena pergerakannya lebih cepat. Takutnya saat kita mau jual, tapi masih sepi dan saat mau beli masih tipis (harga sahamnya)," tuturnya.

"Memang yang paling besar (transaksi saham) itu perbankan masih menarik. Kemudian pertambangan yang didorong oleh sentimen, juga kita lihat ada telekomunikasi. Jadi tiga itu untuk investor jika mau beli saham, dengan catatan jangan mau buru-buru cuan," kata Maxi melanjutkan.

Maxi menjelaskan, salah satu alasan investor untuk membeli saham-saham di LQ45 karena memang telah memiliki prospek yang bagus. Namun, dalam perkembangannya, pergerakan saham tidak berjalan mulus.

Hal-hal yang membuat terkoreksinya harga saham-saham LQ45, kata Maxi biasanya karena bursa global yang juga bergerak negatif, yang berpengaruh pada saham-saham yang ada di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), dan akhirnya berpengaruh kepada saham-saham yang dibeli.

"Jadi, tenang saja, kalau saham itu lagi terkoreksi, justru bisa untuk refresh down untuk beli lagi. Jadi rata-rata (harga saham) yang dibeli jadi turun, kalau misalnya harga lagi turun," jelas Maxi.

"Tapi pada dasarnya harga saham itu nanti akan mengikuti valuasinya, dan investor jangan terburu-buru (menjualnya lagi). Beli sekarang, besok mau naik jangan begitu juga," kata Maxi melanjutkan.

Oleh karena itu, kata Maxi pergerakan saham jangan hanya dilihat dalam 1-2 hari, tapi bisa dilihat secara periodik saja. "Dipantau dalam waktu 2-3 hari atau seminggu. Saham yang bagus itu layak dikoleksi dan untuk jangka menengah dan panjang." jelas Maxi.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Belajar Investasi Saham? Yuk Kenalan dengan Indeks LQ45

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular