Bedanya Cuan Investasi Saham & Deposito, Hmm...Jauuuh!

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
19 January 2021 18:35
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi saham tengah menjadi tren para milenial. Ini tampak dari data yang disajikan Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSPPM) yang mengungkapkan ada kenaikan anak muda berinvestasi saham.

Data BEI juga menunjukkan, jumlah investor pasar modal, yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksa dana, mengalami peningkatan sebesar 56% mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID) sampai dengan 29 Desember 2020.

Investor saham juga naik sebesar 53% menjadi sejumlah 1,68 juta SID.

"Teman-teman kaum milenial masuk [investasi saham] selama Covid, dari Maret lalu sampai detik ini, mereka sudah memberikan kontribusi keuntungan lebih dari 20%. Ternyata saat Covid, investasi di pasar modal masih menggiurkan," ujar Ketua Dewan Pelaksana LSPPM, Haryajid Ramelan, dalam program InvesTime CNBC Indonesia, Senin Malam (18/1/2021).

Lalu bagaimana beda keuntungan saham dengan instrumen investasi lain, misalnya deposito di perbankan?

"Dalam tahun ini saya melihat beberapa saham, [harganya] naik sampai ratusan persen, ada yang sampai 500% [setahun] itu terjadi saat kondisi seperti ini. Ini bagi saya menarik," katanya.

Sementara untuk deposito tak terlalu besar return yang diperoleh investor. Dia mencontohkan dengan uang yang kecil tentu deposito tidak akan besar, sebagaimana diperoleh di saham.

"Kita punya Rp 1 juta, kita tanam deposito di bank dengan kondisi uang yang kecil dan rendah tentu depositonya enggak besar. Taruhlah 4% setahun, jadi uang kita akan tumbuh Rp 1 juta setahun yang akan datang, kalau 10% kan Rp 100 ribu, kalau 4% kurang lebih asumsi uang kita Rp 40 ribu belum dipotong pajak," jelasnya.

Namun Haryajid menyebutkan investasi di pasar modal memang cukup berisiko, sama seperti berinvestasi di properti atau emas kendati emas cenderung dinilai sebagai safe haven.

Saat pandemi pun ada ketakutan seperti itu dan ini berdampak cepat sekali.

Risiko ini juga yang membuat orang takut untuk melakukan investasi. Menurutnya, banyak orang menganggap investasi saham sebagai sesuatu yang mewah, padahal dengan uang rendah misalnya Rp 100.000 juga bisa investasi saham.

"Jangan takut risiko, takut ketika Anda punya uang banyak seharusnya," ungkapnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia per Jumat, 15 Januari 2021, bunga deposito tertinggi di perbankan sebesar 5,63%.

Sebagai catatan, dalam laporan Outlook 2021 The Global Economy Will Heal Embrace Optimism beberapa waktu lalu, JP Morgan membagikan sejumlah rekomendasi untuk berinvestasi.

Bank investasi AS itu menyebutkan jika tren harga barang dan jasa akan mengalami peningkatan di tahun ini. Sebab itu, di tengah tekanan inflasi, investor perlu memilih instrumen yang mampu memberikan kinerja baik saat inflasi terjadi.

Selain itu para investor juga diminta mengalokasikan dana ke aset-aset misalnya saham, properti, infrastruktur hingga komoditas. Para investor juga direkomendasikan tidak memegang uang tunai.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bingung Ngecek Saham Murah atau Mahal, Begini Caranya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular