Awas Kepleset, Jangan Terburu Nafsu Saat 'Nyerok' Saham!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 December 2020 07:05
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Melihat pasar saham yang sudah reli sejak bulan September di AS. Tampaknya perlu ada cooling down dalam waktu dekat terlepas dari adanya fenomena tahunan seperti Santa Claus Rally.

Pasar membutuhkan koreksi untuk segera menyehatkan valuasinya yang sudah tergolong kemahalan ini, yang berarti dan paling mungkin terjadi di bulan pertama tahun depan. Tidak ada yang bisa memastikan arah pergerakan pasar bulan depan. Boro-boro hitungan bulan, hitungan detik saja sulit. 

Namun tren historis membuat kita bisa memahami pola yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Untuk kasus S&P 500 tren historis sejak 2002-2020 menunjukkan bahwa pasar mancatatkan koreksi di bulan Januari sebanyak 10 kali. Sisanya mengalami apresiasi. 

Artinya jika melihat ke belakang probabilitas pasar mengalami koreksi dalam hampir 20 tahun terakhir adalah 52%. Nilai median koreksinya pun tergolong minimalis hanya 0,2% saja jika dibandingkan dengan performa di penghujung tahun.

Sebagai kiblat kapitalisme global, apa yang terjadi di Wall Street akan cenderung ke bursa saham lainnya tak terkecuali di Indonesia. Kesamaan kelas aset (ekuitas/saham) dan korelasi pergerakannya memungkinkan koreksi yang terjadi di bursa New York juga akan berdampak ke pasar modal domestik.

Melihat tren 20 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mengalami apresiasi dengan nilai median sebesar 2%. Bahkan setelah sentimen window dressing yang mengangkat kinerja pasar di bulan Desember.

Namun bukan berarti IHSG kebal dari serangan koreksi pada jangka waktu tersebut. Tercatat IHSG mengalami koreksi sebanyak enam kali sejak 2001-2020. Kebanyakan koreksi terjadi saat krisis keuangan global tahun 2008 silam. 

Kendati lebih sering terapresiasi dan kinerja masa lalu tidak menjamin atau memberikan gambaran kinerja masa depan setidaknya kita bisa melihat bahwa peluang IHSG terkoreksi di Januari itu ada dan nilainya juga mencapai 30% secara historikal.

Lagipula jika melihat tren IHSG yang terus menerus reli sejak September, adanya koreksi merupakan hal yang wajar. Ada beberapa sentimen juga yang patut dicermati oleh pelaku pasa jelang penutupan akhir tahun ini dan sebelum memasuki tahun baru. 

Pertama dari AS, Presiden Donald Trump dikabarkan mengancam tidak akan menandatangani RUU stimulus fiskal jilid II yang bernilai US$ 900 miliar. Trump menilai nominal bantuan tersebut terlalu kecil dan mendorong kongres untuk menambahnya.

Sebagai gambaran saja, stimulus fiskal jilid I di AS nilainya mencapai US$ 2,2 triliun. Jika kali ini nilainya hanya US$ 900 miliar saja maka tergolong kecil untuk ukuran ekonomi AS yang mencapai lebih dari US$ 20 triliun.

Ancaman Trump tersebut semakin membuat situasi menjadi kompleks. Pasarnya stimulus yang selama ini ditunggu-tunggu dan telah melalui diskusi alot antara Demokrat dan Republik pada akhirnya harus menunggu waktu lagi untuk disalurkan.

Padahal masyarakat AS sedang benar-benar membutuhkannya di tengah tingginya lonjakan kasus Covid-19 di AS akibat serangan gelombang kedua. 

Sentimen kedua yang juga perlu dicermati adalah munculnya varian baru virus Corona di Inggris. Varian ini muncul karena virus Corona bermutas. Varian yang diberi nama B.1.1.7 oleh ilmuwan dari konsorsium genomik Inggris ini dikaitkan dengan lonjakan kasus yang signifikan di Inggris.

Hanya dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu kasus harian di Inggris meningkat 50% lebih dan membuat Perdana Menteri Borish Johnson memilih untuk menerapkan lockdown yang lebih ketat.

Varian virus tersebut bahkan kini dikabarkan juga ditemukan di negara lain seperti Belanda, Islandia hingga Australia. Apabila benar varian virus tersebut jauh lebih menular dan mengakibatkan kenaikan kasus yang signifikan hingga memicu maraknya lockdown maka pasar keuangan bisa kembali goyang.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular