Dari Rekor Termahal, Emas Antam Sudah Ambrol 8% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 November 2020 13:07
emas batangan
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam stagnan di Rp 977.000/batang untuk satuan 1 gram pada perdagangan hari ini, Senin (23/11/2020) dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.

Meski stagnan, harga logam mulia ini sebenarnya dalam tren menurun setelah mencapai rekor termahal sepanjang sejarah Rp 1.065.000/batang pada 7 Agustus lalu. Artinya, dari rekor termahal tersebut hingga hari ini emas Antam ambrol 8,26%.

Penurunan harga emas Antam tersebut mengikuti harga emas dunia yang juga terus menurun sejak mencapai rekor termahal sepanjang sejarah US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.

Harga emas dunia seperti kehabisan "bahan bakar" untuk menguat setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa tersebut. Stimulus moneter, dan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu bahan bakar utama emas menguat di tahun ini.

Stimulus tersebut membuat emas menguat dari 2 sisi.

Yang pertama, stimulus moneter dan fiskal membuat jumlah uang yang beredar di perekonomian menjadi bertambah, akibatnya dolar AS melemah.

Dolar AS dan emas memiliki korelasi negatif, artinya ketika dolar AS turun maka emas cenderung naik. Hal itu terjadi karena emas dibanderol dengan dolar AS, ketika the greenback melemah, harga emas akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpotensi meningkat.

Yang kedua, stimulus tersebut akan memicu terjadinya inflasi. Emas secara tradisional dianggap aset lindung nilai terhadap inflasi, sehingga permintaannya meningkat.

Tetapi stimulus fiskal di AS jilid I dengan total nilai sekitar US$ 3 triliun sudah habis beberapa bulan lalu, dan stimulus jilid II tertahan akibat pemilihan presiden AS.

Banyak analis memprediksi emas akan rebound setelah pilpres AS selesai, tetapi nyatanya hingga saat ini emas masih tertekan.

Memang setelah pilpres AS usai emas dunia sempat menguat lagi ke kisaran US$ 1.965/troy ons, tetapi naas, kabar vaksin dari perusahaan farmasi asal AS, Pfizer dan Moderna yang diklaim efektif menanggulangi virus corona lebih dari 90% membuat emas kembali terpukul.

Kabar tersebut menimbulkan harapan hidup akan kembali normal, roda bisnis kembali berputar, dan perekonomian global bangkit kembali. Saat itu terjadi, sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko, sehingga emas yang merupakan aset safe haven menjadi kurang menarik.

Pendapat para analis saat ini sama, arah pergerakan emas masih belum jelas dalam waktu dekat.

"Saya rasa emas akan tertahan di rentang pergerakan saat ini sampai kita mendapat beberapa informasi baru. Agar emas bisa ke atas US$ 1.900/troy ons, kita perlu mendapat inflormasi mengenai stimulus fiskal (di Amerika Serikat), tetapi sepertinya stimulus itu bukan prioritas saat ini," kata Kevin Grady, presiden Phoenix Futures dan Options sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (20/11/2020).

Meski demikian, hingga saat ini mayoritas analisis masih mempertahankan proyeksi emas akan kembali menguat dalam jangka panjang.

"Penguatan emas masih belum berakhir, ini hanya tertahan untuk sementara saat pelaku pasar menanti bagaimana kinerja ekonomi," kata Oleh Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, sebagaimana dilansir Kitco.

Menurun Hansen, emas berisiko melanjutkan penurunan akibat perkembangan vaksin virus corona yang membuat pelaku pasar kembali masuk ke aset-aset berisiko. Tetapi, Hansen masih tetap bullish (tren naik) terhadap emas, meski tidak akan buru-buru melakukan aksi beli.

"Saya masih bullish terhadap emas, tetapi saya tidak akan buru-buru melakukan aksi beli. Ketika harga emas turun ke bawah US$ 1.850 dan menguji rerata pergerakan 200 hari, itu akan menjadi peluang beli untuk saya," kata Hansen.

Sementara itu, Peter Hug, direktur trading global Kitco Metals mengatakan penggerak utama emas hingga bisa kembali ke atas US$ 2.000/troy ons, adalah stimulus fiskal di AS, tetapi kemungkinan tidak akan ada sebelum pelantikan presiden baru pada bulan Januari nanti.

"Pasar masih mencari katalis. Dari sudut pandang teknikal support (tahanan bawah) berada di US$ 1.850/troy ons, masih terlihat cukup kuat. Katalis nantinya adalah stimulus fiskal, dan itu kemungkinan tidak akan cair hingga Januari nanti," kata Hug.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular