
Harga Emas Antam Kemarin Gak Gerak, Hari Ini Bagaimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau emas Antam pada perdagangan Senin kemarin (7/9/2020) stagnan alias tidak berubah.
Harga emas dunia yang berakhir nyaris stagnan pada perdagangan Jumat pekan lalu membuat harga emas Antam tak bergerak.
Melansir data dari situs resmi logammulia.com, emas Antam dengan berat 1 gram kemarin dibanderol Rp 1.020.000/batang, sama dengan harga Sabtu pekan lalu. Sementara emas dengan berat 100 gram yang biasa menjadi acuan dihargai Rp 96.212.000/batang atau Rp 962.120/gram.
Harga emas dunia pada perdagangan Jumat lalu berakhir di level US$ 1.932,45/troy ons, menguat tipis 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, US$ 2.072,49/troy ons 7 Agustus lalu, emas berbalik merosot, dan tidak pernah lagi kembali ke atas level US$ 2.000/troy ons. Emas juga bergerak dengan volatilitas tinggi, artinya naik-turun secara signifikan dalam waktu singkat, beberapa pekan terakhir.
Namun beberapa hari terakhir volatilitas emas cenderung merendah dan harganya menurun. Salah satu pemicu penurunan harga emas tersebut adalah bursa saham Amerika Serikat yang melesat naik dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Senin kemarin, harga emas dunia di pasar spot pada perdagangan pagi menguat. Pada 08.45 WIB, harga logam kuning itu dibanderol di US$ 1.937,8/troy ons atau menguat 0,3% dibanding posisi penutupan akhir pekan lalu.
Meski demikian, seperti biasanya emas dunia bergerak dengan volatilitas tinggi, artinya turun-naik secara signifikan dalam waktu singkat. Volatilitas tinggi tersebut dikatakan menjadi kesempatan melakukan aksi buy on dip alias beli saat harga turun oleh Frank Holmes, CEO dari U.S. Global Investor.
"Volatilitas emas menjadi peluang untuk buy on dip. Anda salah jika tak membeli emas," kata Holmes saat diwawancara oleh Kitco, Selasa (2/9/2020).
Holmes memprediksi harga emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons dalam waktu 2 sampai 3 tahun ke depan. Apalagi, hasil survei Reuters menunjukkan dolar AS diramal masih akan melemah hingga tahun depan, yang membuat outlook emas dunia menjadi positif.
Hasil survei Reuters terhadap 75 analis di bulan menunjukkan sebanyak 31% memprediksi harga dolar AS masih akan merosot hingga tahun depan. Namun, terjadi penurunan yang lumayan dibandingkan survei bulan Agustus dimana ada 39% yang memprediksi hal yang sama.
Hasil survei tersebut terbilang cukup tinggi melihat data ekonomi AS pada pekan lalu yang menunjukkan mulai bangkitnya perekonomian Paman Sam. Artinya, pelaku pasar masih banyak yang meragukan laju pemulihan ekonomi AS. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell.
"Kami berpandangan bahwa situasi akan lebih sulit, terutama ada beberapa area di perekonomian yang masih sangat terdampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) seperti pariwisata dan hiburan."
Ekonomi masih membutuhkan suku bunga rendah, yang mendukung perbaikan aktivitas ekonomi, sampai beberapa waktu. Mungkin dalam hitungan tahun. Selama apa pun itu, kami akan tetap ada," papar Powell dalam wawancara dengan National Public Radio, sebagaimana dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Anjlok, Stok Emas Antam Menipis