
Harga Emas Reli, Berapa Cuan Emas Antam Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan terakhir harga logam mulia yang diproduksi oleh PT Aneka Tamang Tbk (emas antam) mengalami kenaikan seiring dengan apresiasi harga emas global.
Pada Jumat (17/7/2020) harga emas Antam untuk kepingan 100 gram dibanderol di Rp 886.120/gram, turun Rp 5.000 dari harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan (10-17 Juli 2020) harga logam mulia ini naik 0,8%.
Namun jika berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini Sabtu (18/7/2020) pukul 08.30 WIB, harga tiap gram emas Antam naik 1,4% atau Rp 12.000 dibanding posisi kemarin ke Rp 898.120/gram.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik Rp 14.000 dan ditetapkan pada Rp 858.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut akan dikenakan biaya PPh 22 (Pajak Penghasilan Pasal 22 atas emas batangan). Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45% (untuk pemegang NPWP dan 0,9% untuk non NPWP).
Kenaikan harga emas dunia dipicu oleh peningkatan jumlah kasus infeksi Covid-19 secara global. Total penderita penyakit mematikan tersebut kini sudah mencapai angka 14 juta. Lebih dari 600 ribu orang terenggut nyawanya.
Dalam sehari, Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia melaporkan ada tambahan lebih dari 77 ribu kasus dalam 24 jam. Ini merupakan rekor tertinggi baru AS sejak pandemi merebak.
Pelaku pasar khawatir jika lockdown secara masif akan kembali diberlakukan. Pasalnya jika mobilitas kembali dibatasi maka ekonomi akan tertekan. Namun di sisi lain tak ada yang bisa meramal kapan wabah akan berakhir.
Risiko ketidakpastian yang tinggi ini membuat investor mencari suaka. Emas yang dikenal sebagai aset minim risiko (safe haven) dilirik oleh banyak investor sebagai aset untuk diversifikasi.
Fundamental emas juga baik didukung dengan kebijakan bank sentral global yang ultra akomodatif sehingga berpotensi membuat inflasi yang tinggi di masa depan.
Suku bunga acuan yang dipangkas secara agresif hingga mendekati nol persen seperti di AS yang dilakukan oleh The Fed hingga aksi pembelian aset-aset keungan oleh bank sentral telah membuat imbal hasil obligasi turun.
Jika ditambah dengan tingkat inflasi inti di AS yang berada di kisaran 1,2% maka tingkat suku bunga riil sejatinya sudah berada di teritori negatif, sehingga opportunity cost untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih murah.
"Suku bunga riil negatif, menggelembungkan neraca bank sentral, dolar AS yang lebih lemah dan kasus Covid-19 yang terus meningkat meningkatkan daya tarik logam mulia sebagai aset safe-haven," kata ahli strategi komoditas ANZ Soni Kumari.
"Meskipun langkah-langkah stimulus moderat yang diambil akhir-akhir ini, bank sentral berupaya untuk meyakinkan pasar bahwa mereka belum merogoh kantong yang paling dalam jika stimulus lebih lanjut diperlukan," kata Rory Townsend, kepala penelitian emas WoodMac.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Anjlok, Stok Emas Antam Menipis