Begini Strategi Cuan Racik Investasi Uang Pesangon Rp100 Juta

Jakarta, CNBC Indonesia - Di masa pandemi Covid-19 ini, situasi yang kurang menggembirakan harus terjadi. Banyak karyawan yang harus diputus hubungan kerja karena pertimbangan dari perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran.
Bagi Anda yang mendapatkan uang pesangon dari kantor tempat bekerja, syukurlah. Itu bisa menjadi bekal bagi anda untuk berinvestasi maupun memulai usaha baru.
Perencana keuangan Andy Nugroho mengatakan, idealnya karyawan mendapatkan uang pesangon setelah resign dari pekerjaan, pensiun dini hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan agar karyawan tetap cuan dari dana pesangon.
Andy mencontohkan, bila karyawan mendapat uang pesangon sekitar Rp 100 juta, maka perinciannya 30% bisa dialokasikan untuk memulai usaha baru seperti membuat usaha kos-kosan, membuka warung makanan (warteg). Tapi memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk balik modal dan ada risiko gagal. Sedangkan 70% bisa diinvestasikan ke berbagai instrumen investasi.
"Tempatkan investasi di instrumen yang lebih aman dan kemungkinan dananya habis lebih kecil, misalnya deposito, reksa dana, reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap, bisa juga melalui obligasi ritel," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/6/2020).
Andy memerinci, dari asumsi 70% dari pesangon, maka didapat Rp 70 juta dana yang harus diinvestasikan. Ini pun harus dibagi dua lagi, 50% atau sekitar Rp 35 juta untuk aset investasi (paper aset) dan 50% untuk arus kas, membiayai hidup sehari-hari.
Namun, kata Andy, bagi karyawan yang sudah mendapatkan literasi keuangan cukup baik di pasar modal, bisa menempatkan sebagian asetnya ke pasar saham.
Preferensi saham-saham yang dipilih apakah saham-saham bluechip atau lapis kedua, kembali lagi kepada karakter karyawan, investasi dengan risiko tinggi maka akan memberikan imbal hasil tinggi. Namun, dia memberi gambaran, saham-saham yang memiliki fundamental bagus dan berpeluang tetap tumbuh adalah saham perbankan dan consumer goods.
"Saham tergantung kondisinya, kalau sudah lama menggeluti dunia saham, trading, sudah mengerti risiko, terbiasa dengan kondisi pasar saham, tidak masalah," tuturnya.
Namun, untuk yang memiliki profil risiko rendah, investasi di saham kurang direkomendasikan dan Andy lebih menyarankan agar menempatkan dananya di instrumen yang berisiko rendah seperti deposito dan obligasi ritel negara.
[Gambas:Video CNBC]
Tips Kelola Uang Pesangon Rp 100 Juta di Saat Pandemi
(miq/miq)