Ekonomi RI Kurang Cihuy, Emas jadi Pilihan Investasi Terbaik

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 July 2019 15:01
Kenaikan itu lebih kecil daripada posisi beberapa hari sebelumnya (25/6/19) karena penguatan emas sedikit melandai menuju penghujung semester.
Foto: Toko Emas Cikini Gold Center, Cikini, Jakarta Pusat (21/6/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Instrumen emas masih mampu menempati posisi keuntungan (return) tertinggi di antara instrumen investasi ritel lain sepanjang semester I-2019, disusul obligasi rupiah yang diterbitkan pemerintah. 

Data Refinitiv menunjukkan emas di pasar spot naik 8,56% menjadi US$ 1.393 per troy ounce pada akhir Juni dibanding US$ 1.282 per troy ounce pada akhir Desember 2018. 

Kenaikan itu lebih kecil daripada posisi beberapa hari sebelumnya (25/6/19) karena penguatan emas sedikit melandai menuju penghujung semester.



Harga emas naik sepanjang semester I-2019 karena gonjang-ganjing global terkait perang dagang yang membuat pasar keuangan khawatir sehingga mengejar emas sebagai instrumen yang dianggap lebih aman. 

Faktor lain adalah pelemahan dolar AS yang biasanya berseberangan dengan pergerakan harga emas karena nilai emas menjadi lebih murah daripada ketika greenback, nama lain dolar AS, melemah. 

Karena masih dianggap sebagai instrumen yang dianggap lebih aman itulah, emas bersifat lindung nilai (hedging) dari nilai investasi yang lain.



Keuntungan atau return yang dimaksud di atas adalah potensi keuntungan yang bisa didapat investor yang sudah memegang instrumen tersebut pada periode semester I-2019. 

Besaran keuntungan tersebut di luar biaya-biaya seperti biaya pembelian, penjualan, administrasi, dan biaya lain yang tidak disebutkan satu-per satu untuk setiap instrumennya.

Nilai tersebut diikuti instrumen obligasi yang mampu membukukan return 8,09%, didasari oleh INDOBeX Government Total Return terbitan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). 

Keruk Cuan dari Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]

Baru di bawah obligasi negara ada emas terbitan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau yang biasa disebut Emas Antam, dengan return yang masih cukup tinggi yaitu 7,47%.  

Emas spot global dan emas Antam memang saling terkait, karena harga emas Antam biasanya memfaktorkan pergerakan harga emas di pasar spot global. 

Apalagi sejak awal tahun harga logam mulia itu menguat didukung oleh dua hal beriringan yaitu panasnya tensi global berkaitan dengan perang dagang AS-China serta pelemahan dolar AS tadi.  

Selain itu, dari sentimen dari dalam negeri didorong oleh ketidakpastian arah ekonomi Indonesia. Masalah struktural ekonomi Indonesia yang tak kunjung selesai, membuat investor mengindari instrumen investasi berisiko.

Di bawahnya lagi, baru muncul produk reksa dana yaitu reksa dana pendapatan tetap yang tingkat pengembalian investasinya terdongkrak kinerja obligasi pemerintah dan korporasi yang menjadi tulang punggung kinerja produknya. 

Aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan 80% isi portofolio RD pendapatan harus pada efek utang, dalam hal ini obligasi.  

Return RD pendapatan tetap itu diukur menggunakan Infovesta Fixed Income Fund Index terbitan PT Infovesta Utama. 

Di urutan terbawah, dan sayangnya masih negatif, terdapat return RD saham dan dolar AS yang masih kalah dibanding rupiah.  

RD saham masih terkoreksi meskipun Indeks Harga Saham Gabungan positif 2,65% karena sifat dasar reksa dana, di mana produk saham yang menjadi isi portofolionya kadang tidak bisa dipindahkan secepat pergerakan IHSG. 

Dengan nilai kepemilikan saham yang besar, manajer investasi (MI) pun kesulitan langsung melepas sahamnya secara bersamaan dalam sekali transaksi, melainkan bertahap. 

Selain itu, faktor racikan manajer investasi yang kurang tepat sehingga melenceng dari target atau prediksi penguatannya. 

Nilai tukar dolar AS turun karena adanya potensi penurunan suku bunga, sehingga pelaku pasar keuangan global berekspektasi likuiditas dolar AS akan membanjiri pasar dan nilainya menjadi turun. 

Meskipun ada yang terbesar dan terkecil, apapun instrumennya, pada dasarnya investasi harus dilakukan sejak dini dan berkelanjutan sehingga dapat menjadi alat pamungkas untuk mengalahkan inflasi. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Obligasi, Deposito & Reksa Dana, Mana Lebih Cuan Saat Corona?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular